Wayang Golek Hampir Punah Dipamerkan selama Peringatan KAA

id Wayang Golek, punah

Wayang Golek Hampir Punah Dipamerkan selama Peringatan KAA

Harry (64) menjajakan wayang golek tokoh Cepot di jalanan Dago Bandung, Jawa Barat, Minggu (8/4). Wayang golek tersebut dijadikan cinderamata bagi para pengunjung di kawasan belanja Dago, dijual pada kisaran Rp.10.000 - Rp. 25.000. (ANTARA / Agus Bebeng)

Wayang pantun diciptakan sendiri oleh Somah Dimyati mulai dari proses menggambar sampai menentukan karakter. Somah yang berasal dari Ciparay itu kuat berpuasa sampai empat hingga lima hari setiap kali menyelesaikan satu boneka wayang.

Bandung, (ANTARA) - Wayang golek pantun yang hampir punah dipamerkan di museum KAA, Jalan Asia Afrika, Bandung, selama peringatan 57 tahun pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-24 April 2012.

"Sekarang wayang pantun itu masih dikoleksi oleh Dewan Kerajinan Daerah Jawa Barat," kata seorang panitia pameran, Noel, di Museum KAA, Bandung, Kamis.

Jenis wayang golek yang dinamakan wayang pantun itu memang sudah hampir punah dan tidak lagi dipentaskan sejak pencipta sekaligus pendalangnya, Somah Dimyati, wafat pada 2003.

Wayang pantun diciptakan sendiri oleh Somah Dimyati mulai dari proses menggambar sampai menentukan karakter. Somah yang berasal dari Ciparay itu kuat berpuasa sampai empat hingga lima hari setiap kali menyelesaikan satu boneka wayang.

Somah telah menciptakan 103 boneka untuk melakonkan wayang pantun yang disarati dengan falsafah kehidupan Sunda.

Lakon wayang pantun biasanya mengambil cerita dari Babad Pajajaran, Sangkuriang, atau Galuh.

Berbeda dengan pantun Melayu yang puitis, wayang pantun sunda menggunakan bahasa sisindiran yang khas untuk menyampaikan adat istiadat Sunda, tata krama dan etika yang dianut di daratan Priangan.

Wayang golek ciptaan Somah itu pun kaya dengan karakter. Boneka-boneka kayu itu ada yang tampil dengan wajah anggun dan berpakaian indah untuk berperan sebagai kalangan ningrat kerajaan Sunda.

Namun ada juga yang buruk rupa, berwajah aneh dengan hidung panjang seperti pinokio, dan ada juga yang berpakaian sederhana untuk mewakili kalangan jelata.

Somah sampai akhir hayatnya tidak mendapatkan penerus untuk melestarikan wayang golek ciptaannya itu, termasuk dari dua anaknya yang tidak berminat menjadi pendalang.

Sekarang, wayang pantun pun akhirnya hanya diboyong untuk dipamerkan, bukan untuk dipentaskan. Dari 103 boneka wayang ciptaan Somah, saat ini hanya tersisa 63 buah. (ANT)


Editor : Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.