Mengkaji Demplot Agroforestry Pertama Di Sulteng

id jagung, kopi, durian

Mengkaji Demplot Agroforestry Pertama Di Sulteng

Untuk membantu warga menanam jagung, Taman Nasional Lore Lindu membuat demplot.

Palu, (Antarasulteng.com) - Lokasinya yang kini menjadi demplot agroforestry atau kebun percontohan pengembangan tanaman pertanian, komoditas perkebunanan dan kehutanan, berjarak sekitar lima kilometer dari jalan aspal di Desa Bunga, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah.

Kondisi jalan masih belum memadai, tetapi sudah bisa dilewati kendaraan roda empat.

Hari itu udara cukup panas dan di lokasi demplot telah berkumpul sebanyak 28 kepala keluarga (KK), semuanya perambah di kawasan Taman Nasional.

Mereka ketika itu sedang berkumpul di lokasi demplot karena akan ada pertemuan antara komunitas adat terpencil (KAT) Suku Da`a dan Kepala Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (TNLL), Sudaryatna.

Pokok pertemuan tersebut untuk membahas beberapa hal yang sangat penting di antaranya rencana merelokasi 28 KK perambah dari dalam kawasan ke suatu tempat permukiman baru yang telah disediakan pemerintah setempat.

Pertemuan itu juga sekaligus untuk meresmikan demplot agroforestri yang dikelola oleh kelompok tani binaan pihak TNLL.

"Lahan yang menjadi demplot sengaja dilakukan pada kemiringan sekitar 40 derajat," kata Kepala Balai TNLL, Sudaryatna.

Demplot itu sengaja dilakukan pada areal yang miring dengan menggunakan sistem teras.

Tanaman-tanaman yang sudah dikembangkan bermacam-macam untuk pertanian seperti jagung, sawi, ketimun, srek,lingkuas, jahe, dan cabe. Lalu untuk tanaman perkebunan antara cacao, kopi, mangga, durian, kemiri dan pala.

Sementara untuk tanaman kehutanan berbagai jenis pohon seperti nantu, nyato, cempaka dan kayu hitam.

Jika demplot ini berhasil, kata Sudayatna, akan menjadi contoh untuk dilaksanakan di tempat lainnya di sekitar Kawasan Taman Nasional. "Demplot ini juga baru pertama di Sulteng," katanya.

Ia menambahkan semua anggota kelompok tani yang menggarap demplot agroforestry adalah laki-laki.

Dipastikan, jika demplot ini berhasil dapat meningkatkan ekonomi anggota kelompok sampai dua-tiga kali lipat.

Kawasan Taman Nasional selama ini cukup rawan karena ada sekitar 60-an desa yang berada dekat dengan kawasan. "Kita coba berdayakan masyarakat agar ekonomi meningkat dan mereka tidak lagi berani mengganggu kawasan," ujarnya.


Siap direlokasi

Sejumlah perambah hutan di Desa Bunga menyatakan mereka pada prinsipnya siap saja direlokasi keluar dari kawasan lindung di daerah itu asalkan diperlakukan secara adil oleh pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait lainnya, termasuk Balai TNLL.

"Kami siap tinggalkan permukiman dan kebun kami yang ada di dalam kawasan, asalkan Pemkab Sigi menyiapkan lokasi untuk tempat tinggal dan juga areal kebun," kata Topan (61), salah seorang perambah di Desa Bunga, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi.

Ia mengatakan, mereka terpaksa merambah hutan karena tidak memiliki lahan kebun dan juga tempat tinggal yang tetap.

"Kalau kami tidak buka kebun, mau makan apa istri dan anak kami," katanya.

Topan yang mengaku sudah memiliki kebun dan pondok di dalam kawasan tersebut meminta agar pihak TNLL juga memikirkan nasib mereka selanjutnya jika pindah dari kawasan.

Apalagi di tempat yang baru nanti, mereka tentu akan membangun rumah untuk tempat tinggal keluarga. Bangun rumah dan membuka kebun baru tentu tidak mudah.

Butuh biaya dan peralatan yang cukup besar untuk memulai mengolah lahan baru. "Terus dimana kami mau ambil uang membangun rumah dan menggarap kebun," katanya.

Karena itu, ia berharap pihak TNLL untuk membantu mereka. "Jangan biarkan dan tinggalkan kami begitu saja setelah keluar dari dalam Taman Nasional," pinta ayah lima anak itu.

Hal senada juga disampaikan Masturi dan Alsen. "Bertahun-tahun kami berkebun dan sudah berhasil terus diminta untuk tinggalkan kawasan tanpa ada konpensasi," kata kedua perambah itu.

Keduanya mengatakan sama sekali tidak keberatan untuk dipindahkan dari kawasan keluar kawasan.

Meski kami harus meninggalkan kebun kakao dan kopi yang rata-rata sudah berbuah, tidak ada masalah. Asalkan di lokasi yang baru nanti kami mendapat rumah dan juga lahan.

"Ini permintaan kami kepada pihak TNLL," kata Masturi dan Alsem.

Mereka juga minta agar Pemkab Sigi membangun prasana jalan menuju lokasi permukiman baru karena sekarang ini baru jalan setapak. "Tolong buka akses jalan ke lokasi relokasi yang disediakan pemerintah," pinta keduanya.

Sementara Kepala Bidang Tehnik Konservasi TNLL, Ahmad Yani mengatakan tugas pokok yang pertama dari balai menjaga dan mengamankan Taman Nasional.

Tugas pokok kedua adalah melestarikan keberadaan hutan agar tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Juga termasuk di dalamnya melestarikan satwa yang ada di dalamnya.

Apalagi ada beberapa satwa yang ada dalam Kawasan Taman Nasional dan tidak ada di pulau atau provinsi lain. "Ini kami harus jaga agar tidak sampai punah," katanya.

Menyangkut apa yang diusulkan para perambah, ia berjanji akan memfasilitasinya. Pihak balai akan melakukan koordinasi dengan Pemkab Sigi.

"Saya berjanji akan menyampaikan langsung kepada pak bupati dan kepada BAPPEDA Kabupaten Sigi sehubungan dengan apa yang telah diusulkan tadi," katanya.

Soal areal lokasi permukiman baru untuk para perambah di kawasan telah disediakan oleh pemerintah desa. "Ya pak Sekdes Bunga, Frans mengatakan bahwa lokasi relokasi sudah ada dan telah diukur," katanya.

Pihaknya tetap akan mendampingi para warga perambah yang akan direlokasi sampai berhasil. "Kami akan mendampingi bapak-bapak di lokasi baru tentu sesuai dengan kemampuan dan tupoksi," katanya.

Misalkan dengan memberikan bantuan bibit-bibit tanaman pertanian, perkebunan yang dibutuhkan. Juga dengan memberkan pelatihan dan keterampilan cara bercocok tanam yang benar.

petugas TNLL.

"Mereka kita bentuk jadi satu kelompok tani yang mengembangkan usaha menanam komoditas pertanian, perkebunan dan kehutanan dalam satu lahan percontohan," kata Yani

Selama tiga bulan lalu, balai merintis pembukaan demplot agroforestry yang dikelola kelompok tani Sarapi Jaya Desa Bunga.

Yani juga mengatakan, beberapa bulan lalu, pihak Balai TNLL juga telah membina satu kelompok tani di Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi. "Bedanya anggota kelompok tani di desa itu, semuanya perempuan," kata dia.

Kelompok tani yang dibentuk di Desa Marena, Kecamatan Kuwali bernama "Kuncup Mekar". Usaha yang dikembangkan antara lain pertanian, perkebunan, peternakan itik dan pembuatan keripik singkong.

Untuk pengembangan peternakan itik, beberapa anggota kelompok itu telah selesai menjalani pelatihan cara budidaya itik yang benar di Kabupaten Parigi Moutong.

Kabupaten Parigi Moutong terkenal dengan pengembangan itik yang berhasil.

Karena itu, mereka sengaja dibawa magang selama beberapa hari di peternakan itik di Kabupaten Parigi Moutong.

"Ini merupakan bentuk kepedulian dari pihak Balai TNLL guna meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa sekitar kawasan Taman Nasional," katanya.

Tujuan utama dari pemberdayaan tersebut selain meningkatkan ekonomi masyarakat, juga untuk mencegah agar mereka tidak merambah atau mencuri hasil-hasil hutan yang ada dalam kawasan.

Dengan demikian, kawasan hutan akan terjaga dan terpelihara dengan baik dan berbagai satwa yang hidup di dalamnya dapat berkembangbiak dengan bebas, termasuk satwa-satwa endemik.

Pada akhirnya menjadi warisan alam bagi anak cucu dan juga sumber perolehan devisa.

Pewarta :
Editor : Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.