Palu (ANTARA) - Kementerian Pertanian akan mengalokasikan bibit tanaman porang untuk lahan seluas 25 hektare di Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, mulai 2022.
"Porang masuk kategori tanaman pangan, oleh karena itu, Kementerian Pertanian mengalokasikan bibit tahun depan untuk lahan 25 hektare sebagai tahap awal, karena kabupaten ini memiliki kontribusi besar terhadap produksi pangan Sulteng," kata Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Parigi Moutong Dadang Priatna Jaya yang dihubungi dari Palu, Sulteng, Kamis.
Ia menjelaskan pasar tanaman porang saat ini terbuka luas, khususnya pasar ekspor sehingga pemerintah pusat menjadikan porang sebagai komoditas prioritas selain tanaman pangan lainnya, sekaligus menjadi program prioritas Kementerian Pertanian untuk dikembangkan di daerah.
Oleh karena itu, Parigi Moutong mendapat kuota pengembangan yang nantinya bibit porang disediakan kementerian teknis terkait yang pembiayaannya bersumber dari APBN.
"Saat ini, di Parigi Moutong sudah ada petani menanam secara mandiri, tetapi masih sebagian kecil karena harga benih lumayan mahal, sehingga tidak semua petani mampu mengadakan benih," ujar Dadang.
Ia memaparkan keunggulan komoditas tersebut tidak perlu membutuhkan lahan khusus, karena sistem penanaman hanya ditanami di sela komoditas lain, seperti lahan perkebunan kelapa, kakao, cengkeh dan sebagainya.
Kementerian Pertanian tidak menyarankan petani menanam komoditas tersebut di lahan persawahan, sebab pemerintah tidak menginginkan tanaman porang mereduksi komoditas padi dan jagung, karena kedua komoditas tersebut masuk dalam program nasional upaya khusus padi, jagung, dan kedelai (upsus pajala).
"Jangan sampai mereduksi dua komoditas pokok tanaman pangan. Program budi daya porang ini sesungguhnya untuk menambah varian tanaman pangan sekaligus memperkuat nilai ekspor bahan pangan," kata Dadang menuturkan.
Ia mengatakan, sebelum program ini berjalan, maka perlu menyosialisasikan dan mengedukasi petani cara membudidayakan komoditas tersebut, termasuk menyiapkan SDM tenaga penyuluh dan pengembangan nanti menyasar seluruh petani di berbagai subsektor pertanian.
Lebih lanjut, dijelaskannya, harga benih saat ini berada di kisaran Rp250 ribu per kilogram dan satu hektare lahan membutuhkan 10 ribu benih porang.
"Artinya, dengan lahan seluas 25 ribu hektare, kita membutuhkan kurang lebih 250 ribu kilogram benih porang," kata Dadang.