Peternak Gowa: Beternak lebih hemat pakai listrik PLN

id Peternak Gowa, Listrik PLN, sistem close farm

Peternak Gowa: Beternak lebih hemat pakai listrik PLN

Peternakan close farm yang menggunakan listrik PLN dalam beternak ayam di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. ANTARA Foto/HO-Humas PLN

Makassar (ANTARA) - Sejumlah peternak asal Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mengaku bahwa Program Electrifying Agriculture untuk pengembangan industri peternakan lebih hemat.

Para peternak milenial asal Gowa ini beternak dengan sistem peternakan tertutup yang memanfaatkan listrik PLN.

Salah satunya adalah peternak ayam modern dari Kecamatan Parangloe, Gowa bernama Mustakim melalui keterangannya yang diterima di Makassar, Minggu menyebut bahwa metode kandang, listrik memegang peranan penting untuk mengoperasikan 16 kipas blower.

Ia menyebutkan bahwa hanya perlu mengeluarkan biaya Rp7 juta per bulannya untuk operasional peternakan. Itu digunakan untuk mengoperasikan kipas blower, penghangat ruangan dan lampu.

Sementara sebelumnya saat penggunaan genset, ia membutuhkan rata-rata 3.600 liter solar atau setara Rp32 juta per bulannya.

"Setelah menggunakan listrik, kami dapat mengoptimalkan produksi yang tadinya panen membutuhkan waktu 28 hari kini hanya membutuhkan waktu 22 hari sehingga dari sisi efektifitas waktu lebih singkat dan omset kami pun otomatis meningkat," urainya.

Ia menjelaskan kunci kesuksesan dari peternakan ayam modern adalah menjaga suhu kandang dengan menggunakan peralatan elektronik seperti kipas blower, penghangat ruangan dan lampu dengan tujuan meningkatkan peforma produksi ayam telur maupun pertumbuhan ayam daging.

Dibandingkan kandang ayam konvensional, kandang ayam modern dinilai ramah lingkungan, tidak berbau, dan suhu ruangan terkontrol dengan sirkulasi udara yang baik sehingga berujung pada peningkatan keberhasilan panen.

Selain itu, peternak ayam dari Kecamatan Manuju, Gowa bernama Heri juga mengaku lebih hemat menggunakan listrik dibanding cara konvensional yang sebelumnya dilakukan.

Setiap bulannya, Heri harus mengeluarkan biaya hingga Rp10 juta lebih untuk 1.200 liter solar per bulannya yang digunakan mengolah pakan ayam menggunakan genset. Sedangkan setelah menggunakan listrik, ia hanya perlu mengeluarkan biaya listrik rata-rata Rp2 juta per bulan.

"Kini setelah menggunakan listrik, biaya pengolahan pakan ayam kami hemat sampai dengan 4 kali lipat," ungkapnya.

Ia menyampaikan terima kasihnya kepada PLN yang telah menghadirkan listrik untuk mesin pengolahan pakan ayamnya.

"Kami melakukan elektrifikasi pada mesin - mesin pengolahan pakan ayam untuk penggilingan jagung, sehingga kami tidak perlu lagi mengeluarkan biaya bahan bakar diesel dan pemeliharaan mesin," ujar Heri.

Heri mengaku ke depan peternakan ayam miliknya akan menerapkan metode close farm yang tentunya membutuhkan tambahan pasokan listrik.