Palu (ANTARA) - Ketua Persatuan Guru Indonesia (PGRI) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Syam Zaini mengemukakan peserta didik harus disiapkan untuk menjaga kearifan lokal saat ini dan nanti.
"Penting melestarikan kearifan lokal dan generasi muda saat ini harus disiapkan untuk menjaga kearifan lokal itu. Siapapun yang berada di Provinsi Sulteng, dia punya kewajiban menjaga kearifan lokal di daerah dimana dia tinggal," katanya di Palu, Selasa.
Ia menjelaskan kearifan lokal tersebut mesti diajarkan oleh tenaga pendidik kepada peserta didik di semua jenjang satuan pendidikan, mulai dari taman kanak-kanak (TK) hingga sekolah menengah atas (SMA) sederajat.
Setelah kearifan lokal tersebut diajarkan, katanya, hal yang terpenting yang mesti dilakukan adalah memastikan nilai-nilai dalam kearifan lokal diimplementasikan oleh seluruh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari, minimal saat berada dalam lingkungan sekolah.
"Kearifan lokal yang penting diajarkan kepada peserta didik saat ini adalah perilaku hormat, sopan dan santun kepada orang yang lebih tua. Misal hormat, sopan dan santun kepada gurunya," ujarnya.
Syam mengatakan sebelum kearifan lokal itu diajarkan kepada peserta didik, terlebih dahulu pemerintah daerah (pemda), lembaga atau dewan adat yang ada mesti mengajarkan kepada tenaga pendidik dan kependidikan.
Hal itu dapat dilakukan, kata Syam, salah satu caranya dengan membuat buku panduan sebagai pegangan guru-guru dalam mengajarkan kearifan lokal kepada peserta didik.
Tentunya muatan dalam buku panduan tersebut harus berisi kearifan lokal yang ada di seluruh wilayah di Provinsi Sulteng, utamanya kearifan lokal yang yang ada di wilayah itu.
"Sediakan buku panduannya di semua perpustakaan sekolah supaya dapat dibaca oleh guru sebagai pegangan dalam mengajar maupun dibaca oleh peserta didik sebagai pengetahuan," kata dia.
Selain itu, Syam menyatakan kearifan lokal dapat diajarkan kepada peserta didik saat masa orientasi sekolah (MOS) kepada peserta didik baru di semua jenjang satuan pendidikan.
Kearifan lokal, lanjutnya, dapat juga diajarkan dalam kegiatan ekstrakulikuler sekolah.
"Tapi ingat jangan memasukkan pelajaran kearifan lokal dalam mata pelajaran sekolah, karena itu akan membebani guru dan mengambil jam pelajaran utama. Bisa dibuat dalam kegiatan ektrakulikuler, misal minimal seminggu sekali, dengan alokasi waktu dua jam tiap pertemuan," katanya.