Palu (ANTARA) - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah Zainal Abidin mengingatkan konsep politik identitas yang mengatasnamakan suatu agama hanya mencederai kesucian agama dan merusak persatuan masyarakat.
"Betapa tidak, agama diperalat untuk kepentingan politik, menciptakan perpecahan, dan merusak keharmonisan hidup masyarakat berbangsa dan bernegara," kata Zainal Abidin dalam orasi ilmiah Wisuda Sarjana ke-XX Tahun 2022 STISIP Panca Bhakti di Palu, Jumat (18/11).
Dia menegaskan politik identitas berbasis agama sangat kontradiktif dengan nilai-nilai ajaran setiap agama yang semestinya mendorong dan menginspirasi penganutnya mewujudkan perdamaian dan kemaslahatan bersama.
Politik identitas, menurut Zainal, merupakan salah satu strategi yang digunakan kelompok tertentu untuk mendapatkan suara masyarakat dengan menyalahgunakan persamaan, baik persamaan kelompok, ras, agama, serta daerah asal.
Oleh karena itu, katanya, politik identitas pada dasarnya berpotensi menciptakan sekat-sekat antarwarga bangsa berdasarkan identitas primordial seperti ras, suku, agama, dan jender.
"Hal ini jika dibiarkan tentu akan menjadi ancaman bagi nasionalisme," tambahnya.
Menurut dia, politik identitas yang berbasis pada agama bukan hanya mengancam semangat nasionalisme, tetapi juga dapat menghancurkan bangunan kerukunan umat beragama.
"Kelompok mayoritas akan merasa memiliki hak istimewa dari kelompok lainnya dan ini tentu saja bertentangan dengan salah satu pilar kebangsaan kita, Bhinneka Tunggal Ika," kata Zainal.
Politik identitas, apa pun bentuknya, tidak dapat menciptakan iklim demokrasi sehat serta tidak mendidik masyarakat menjadi lebih dewasa dalam berpolitik.
Demikian pula, politik identitas berbasis agama adalah sebuah ancaman nyata bagi kerukunan hidup umat beragama yang sudah berupaya dibangun bersama sejak berdirinya Republik Indonesia.
"Oleh karena itu, menjadi tugas besar bagi kita bersama, terutama para generasi muda, untuk mendidik masyarakat kita agar lebih cerdas dalam berpolitik, sehingga tidak mudah terjebak oleh mereka yang mencoba memanfaatkan label agama, ras maupun jender hanya untuk memperoleh kekuasaan," ujar Zainal Abidin.