Surabaya (ANTARA) - Calon volunteer atau sukarelawan Piala Dunia U-20 tidak bisa menutupi rasa kecewanya terhadap pembatalan status tuan rumah Indonesia oleh FIFA.
"Terkait pembatalan Piala Dunia U-20 ini kecewa, tetapi saya tidak bisa apa-apa, dari FIFA juga sudah batal. Semoga Indonesia tidak kena sanksi," kata calon volunteer Piala Dunia U-20, Deoga Pandyashiweswara di Surabaya, Kamis.
Kekecewaan mahasiswa asal Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu bukan tanpa alasan, sebab dia sudah punya impian untuk turut menyukseskan agenda internasional itu.
Deoga mengaku sudah menjalani sejumlah persiapan, salah satunya aktif mengikuti kegiatan kampus.
"Tentunya saya ikut kegiatan di kampus, seperti jadi panitia acara karena di kampus sering mengadakan acara. Walaupun beda event, tetapi dari segi sistematisnya sama. Jadi, persiapannya seperti itu," ujarnya.
Bertugas sebagai kru sukarelawan di Piala Dunia U-20 dirasanya juga menjadi pengalaman berharga, apalagi turnamen sepak bola itu juga berskala internasional.
Di sisi lain, keikutsertaan sebagai volunteer disebutnya mampu memberikan nilai tambah pada rekam jejak kepanitiaan pada curriculum vitae miliknya.
Meski menyimpan rasa kecewa, namun dia mengaku tetap berlapang dada menerima keputusan FIFA itu.
"Itu kan event internasional bisa buat nambah pengalaman kerja. Tetapi bagaimana lagi, keputusan sudah bulat. Saya terima dengan lapang dada," ujarnya.
Deoga menyebut kali pertama mendaftar sebagai calon volunteer untuk Piala Dunia U-20 pada Januari 2023. Informasi rekrutmen itu didapatkan dari dosen pembimbingnya.
Tahap awal, dia melakukan pengisian formulir pendaftaran dari FIFA yang dilanjutkan mengisi berkas identitas diri.
"Kemudian di suruh nunggu info lanjutan, cuma sampai saat ini saya belum dapat info lebih lanjut soal verifikasi buat wawancara, tetapi batal. Iya menyayangkan," ucap dia.