Kementerian PUPR libatkan warga lokal bangun huntap di Sulteng
Palu (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) melibatkan warga lokal di Kota Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng) dalam membangun hunian tetap (Huntap) permanen di Sulteng.
"Warga lokal dilibatkan dalam pembangunan hunian tetap," ucap Kepala Balai Pelaksanaan Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, diwakili Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah, Erpika Ansela Surira, di Palu, Selasa.
Erpika mengemukakan pelibatan warga lokal dalam pembangunan huntap, dapat dilihat dari pembangunan huntap di lokasi Kelurahan Tondo.
"Di lokasi pembangunan huntap
2B di Tondo misalnya, dari 150 pekerja yang ada, sebanyak 135 pekerja merupakan warga lokal," ujarnya.
Ia menguraikan, jumlah huntap tahap 2B yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui BP2P Sulawesi II berjumlah 1.321 unit.
Jumlah tersebut tersebar di Kelurahan Tondo II, Kota Palu sebanyak 1.055 unit. Kemudian, di Kabupaten Sigi berjumlah 266 unit tersebar di Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, sebanyak 120 unit dan Dusun II Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan sebanyak 146 unit.
"Hunian yang dibangun menggunakan teknologi risha dan mengadopsi konsep rumah tahan gempa," katanya.
Huntap tahap 2B yang dibangun, kata dia, didesain tipe 36 sehingga memiliki satu ruang keluarga, dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
BP2P Sulawesi II selaku perpanjangan Kementerian PUPR dalam pembangunan huntap 2B, menargetkan pembangunan hunian itu untuk penyintas gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu dan Sigi, selesai pada Desember 2023.
"Oleh karena itu, dengan adanya pekerja lokal sangat membantu kami untuk percepatan pembangunan Huntap di Sulteng," katanya.
Ia menambahkan, mereka yang bekerja di lokasi proyek pembangunan, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan konstruksi rumah tahan gempa, rumah instan sederhana sehat (Risha) agar dapat bekerja dengan baik di lapangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto mengemukakan keterlibatan warga lokal dalam proses pembangunan huntap di Sulteng sangat diperlukan.
Pekerja yang telah mendapat pelatihan diharapkan bisa memahami dan memiliki kemampuan konstruksi yang baik sehingga Huntap yang ada bisa lebih cepat terbangun, katanya.
"Kami ingin warga lokal tidak hanya bisa bekerja sebagai pekerja konstruksi biasa. Tapi mereka punya kemampuan dan pengetahuan tentang pembangunan kontruksi yang baik apalagi teknologi Risha ini mudah untuk diaplikasikan di lapangan," katanya.
Salah seorang pekerja yang berasal dari Kota Palu, Iswandi Mansyur Dullan mengaku sangat bersyukur bisa bekerja dalam proyek pembangunan huntap di Sulteng. Apalagi masih banyak masyarakat yang terdampak bencana di Sulteng membutuhkan hunian yang layak.
"Pembangunan huntap, juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sehingga mendapatkan penghasilan sekaligus pengalaman kerja di bidang konstruksi. Adanya pelatihan konstruksi, jam kerja yang teratur dan upah yang mencukupi juga membuat para pekerja menjadi lebih semangat untuk menyelesaikan Huntap tersebut," ungkap Mansyur.
"Warga lokal dilibatkan dalam pembangunan hunian tetap," ucap Kepala Balai Pelaksanaan Penyediaan Perumahan (BP2P) Sulawesi II Direktorat Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, diwakili Kepala Satuan Kerja Penyediaan Perumahan Provinsi Sulawesi Tengah, Erpika Ansela Surira, di Palu, Selasa.
Erpika mengemukakan pelibatan warga lokal dalam pembangunan huntap, dapat dilihat dari pembangunan huntap di lokasi Kelurahan Tondo.
"Di lokasi pembangunan huntap
2B di Tondo misalnya, dari 150 pekerja yang ada, sebanyak 135 pekerja merupakan warga lokal," ujarnya.
Ia menguraikan, jumlah huntap tahap 2B yang dibangun oleh Kementerian PUPR melalui BP2P Sulawesi II berjumlah 1.321 unit.
Jumlah tersebut tersebar di Kelurahan Tondo II, Kota Palu sebanyak 1.055 unit. Kemudian, di Kabupaten Sigi berjumlah 266 unit tersebar di Desa Sibalaya Selatan, Kecamatan Tanambulava, sebanyak 120 unit dan Dusun II Desa Bangga, Kecamatan Dolo Selatan sebanyak 146 unit.
"Hunian yang dibangun menggunakan teknologi risha dan mengadopsi konsep rumah tahan gempa," katanya.
Huntap tahap 2B yang dibangun, kata dia, didesain tipe 36 sehingga memiliki satu ruang keluarga, dua kamar tidur dan satu kamar mandi.
BP2P Sulawesi II selaku perpanjangan Kementerian PUPR dalam pembangunan huntap 2B, menargetkan pembangunan hunian itu untuk penyintas gempa, tsunami dan likuefaksi di Palu dan Sigi, selesai pada Desember 2023.
"Oleh karena itu, dengan adanya pekerja lokal sangat membantu kami untuk percepatan pembangunan Huntap di Sulteng," katanya.
Ia menambahkan, mereka yang bekerja di lokasi proyek pembangunan, sebelumnya telah mendapatkan pelatihan konstruksi rumah tahan gempa, rumah instan sederhana sehat (Risha) agar dapat bekerja dengan baik di lapangan.
Sementara itu, Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR, Iwan Suprijanto mengemukakan keterlibatan warga lokal dalam proses pembangunan huntap di Sulteng sangat diperlukan.
Pekerja yang telah mendapat pelatihan diharapkan bisa memahami dan memiliki kemampuan konstruksi yang baik sehingga Huntap yang ada bisa lebih cepat terbangun, katanya.
"Kami ingin warga lokal tidak hanya bisa bekerja sebagai pekerja konstruksi biasa. Tapi mereka punya kemampuan dan pengetahuan tentang pembangunan kontruksi yang baik apalagi teknologi Risha ini mudah untuk diaplikasikan di lapangan," katanya.
Salah seorang pekerja yang berasal dari Kota Palu, Iswandi Mansyur Dullan mengaku sangat bersyukur bisa bekerja dalam proyek pembangunan huntap di Sulteng. Apalagi masih banyak masyarakat yang terdampak bencana di Sulteng membutuhkan hunian yang layak.
"Pembangunan huntap, juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sehingga mendapatkan penghasilan sekaligus pengalaman kerja di bidang konstruksi. Adanya pelatihan konstruksi, jam kerja yang teratur dan upah yang mencukupi juga membuat para pekerja menjadi lebih semangat untuk menyelesaikan Huntap tersebut," ungkap Mansyur.