Warga Lindu Sigi diajar meproduksi tempe berbahan kacang dan kelor

id Tempe kelor, pangan, Tempeman, Sigi, Lindu, Sulteng, ekonomi

Warga Lindu Sigi diajar meproduksi tempe berbahan kacang dan kelor

Sejumlah ibu rumah tangga di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mengikuti pelatihan memproduksi tempe kelor yang dilaksanakan oleh rumah produksi Tempeman Bali, di Sigi, Sabtu (24/6/2023). ANTARA/Kristina Natalia

Sigi, Sulteng (ANTARA) -
Warga Kecamatan Lindu Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah diajari cara membuat atau mengolah tempe berbahan dasar kacang dan daun kelor oleh rumah produksi tempe Tempeman dari Provinsi Bali sebagai upaya membangun kemandirian warga setempat.


 


“Sebagian besar pesertanya adalah ibu rumah tangga dan mereka sangat antusias membuat tempe, karena di Lindu termasuk salah satu daerah yang jarang ditemui tempe,” kata Benny Santoso, Pelatih dari Tempeman Bali di Sigi, Sabtu.


 


Ia mengemukakan, tempe yang dibuat oleh warga Lindu menggunakan bahan lokal, yakni kacang tunggak dan dicampurkan dengan daun kelor.


 


Ide memproduksi tempe kelor sudah lama, namun baru pertama kali dibuat di Sulawesi Tengah.


 


“Pada umumnya membuat tempe menggunakan kacang kedelai, namun kacang tunggak dapat menjadi alternatif pengganti kedelai, dan komoditas ini mudah ditemukan di daerah ini," ujarnya.


 


Pelatihan memproduksi tempe, dimulai dari pemilahan bahan baku, hingga pengemasan, dengan bahan baku lokal dan tambahan nutrisi daun kelor, karena potensi kelor di daerah ini sangat baik 


 


“Kami melihat potensi setiap daerah, dan kelor sangat banyak di Sulteng dan tanaman ini kaya akan nutrisi, cukup dengan bahan baku ini, tidak perlu menggunakan kacang kedelai,” tambahnya.


 


Dengan produk ini, katanya, menambah jenis makanan alternatif pengganti ikan dan daging sebagai lauk utama, dengan cara pembuatan cukup sederhana dan ramah lingkungan


 


Selain jenis kacang tunggak, jenis kacang-kacangan lainnya juga dapat dijadikan bahan baku.


 


Beriani Pewande salah satu peserta mengatakan, pelatihan ini memberikan pengetahuan baru kepada warga cara mengolah produk berbahan baku lokal untuk kebutuhan konsumsi keluarga.


 


Selain itu, dengan cara ini dapat menghemat pengeluaran belanja pemenuhan kebutuhan pangan keluarga, katanya.


 


"Sisi lain, tempe berbahan baku kelor dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga. Paling tidak apa yang dilakukan hari ini membuka wawasan kami untuk berinovasi, saya pribadi akan menekuni dan mengembangkan produk ini supaya bisa menghasilkan uang," tuturnya.


 


Agus Tina, peserta lainnya juga berharap produk ini nantinya dapat memberikan manfaat ekonomis bagi warga setempat.


 


"Kami akan memproduksi produk ini untuk dijual di pasar, yang dimulai dari pasar lokal, kami berharap banyak peminatnya, karena produk olahan ini memiliki nutrisi yang baik untuk peningkatan gizi, terutama balita," kata dia berharap.