Bengkulu (ANTARA) - Tahapan Pemilihan Umum Serentak 2024 sudah berjalan cukup panjang yang dimulai sejak 14 Juni 2022 lalu. Tidak lama lagi hari pemungutan pun digelar, yakni pada 14 Februari 2024.
Tahapan yang biasanya menyedot perhatian yakni mulai dari pencalonan dan penetapan calon presiden wakil presiden maupun anggota legislatif, tahapan kampanye, hari pemungutan suara, rekapitulasi hasil pemilihan, hingga ketika penetapan presiden wakil presiden serta anggota legislatif terpilih.
Meskipun belum benar-benar dirasakan di tengah masyarakat dan kampanye belum berlangsung, sesungguhnya pesta demokrasi beserta intrik-intriknya sudah mulai mengemuka, utamanya di jagat digital atau dalam jaringan (daring).
Hal itu karena para kandidat, baik secara langsung atau pun lewat simpatisan mereka, sudah mulai mengenalkan, mendekatkan, dan mengakrabkan diri kepada masyarakat.
Pengenalan diri kandidat lewat media daring saat ini menjadi lebih masif mengingat perkembangan teknologi satu dekade terakhir begitu pesat. Hampir setiap orang kini memiliki gawai dan akun media sosial, bahkan tak jarang punya lebih dari satu.
Tentunya, memperkenalkan diri, visi, dan misi calon kandidat lewat media daring dinilai lebih efektif dilakukan oleh peserta pemilu, pendukung, serta simpatisan. Sebab, cara-cara itu lebih cepat tersampaikan, menjangkau lebih banyak orang, dan lebih mudah dibandingkan harus mengumpulkan massa dalam jumlah besar.
Sampai saat ini, tahapan-tahapan pemilu berjalan dengan baik, kondusif, dan aman. Akan tetapi, menurut Pakar politik Dr Panji Suminar, hal tersebut tidak menjamin ke depannya akan tanpa ada riak. Tetap ada kendali karena setiap pasti ada persaingan, gesekan, serta ada yang menang atau kalah.
Kondisi-kondisi tersebut bisa menjadi faktor-faktor pemicu gangguan terhadap upaya penyelenggaraan pemilu yang aman, damai, dan bisa menggerus berbagai kegembiraan yang seharusnya ada dalam pesta demokrasi.
Oleh karena itu, ada yang perlu jadi perhatian penting agar pemilu berjalan sesuai tujuannya, antara lain, media daring perlu menjadi perhatian. Saat ini, media daring membuat informasi mudah mengalir dan meluas, di sana juga tempatnya berkumpul dan beraktivitas banyak warganet.
Dalam media daring pula tidak hanya informasi saja yang mudah terdistribusi, tetapi hoaks, ujaran kebencian, politik identitas dan hal negatif lainnya. Semua itu dapat menjadi percikan api perusak pesta demokrasi, apalagi kabar tersebut dapat tersebar dengan mudah.
Berdasarkan kondisi tersebut, menjaga jagat media daring agar tetap kondusif serta menjadi salah satu fondasi terciptanya pemilu aman, damai dan gembira, merupakan ikhtiar yang harus dilakukan.
Generasi Z
Panji Suminar mengatakan Generasi Z kini menempati porsi besar dari total penduduk Indonesia yakni sekitar 25-35 persen. Gen Z pun juga jadi penduduk terbesar di media sosial karena dunia daring memang zaman mereka yang terlahir pada kurun 1997-2012 itu.
Sebagai penduduk terbesar di dunia daring, kelompok muda ini punya pengaruh besar untuk menentukan arah dan arus yang berkembang. Bahkan mereka juga mampu menciptakan arus yang dapat mengubah kebijakan-kebijakan.
Contohnya yang dilihat belum lama ini bagaimana Gen Z mengkritik pembangunan infrastruktur di Provinsi Lampung dan kemudian ruang digital seketika dipenuhi oleh anak-anak muda yang mampu memengaruhi opini dan kebijakan.
Bahkan, akhirnya Presiden Joko Widodo langsung turun ke Lampung untuk memastikan daerah tersebut ke depan harus berkompeten dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan daerah.
Kemudian, bagaimana gerakan sekelompok anak muda menggunakan ruang digital media sosial akhirnya mampu menggerakkan ribuan orang membersihkan pantai dari sampah yang dicap sebagai salah satu pantai terkotor di Indonesia.
Berdasarkan hal yang melekat dari generasi muda itu, baiknya literasi tentang ruang digital, daring, teknologi informasi, serta kekuatan mereka yang mampu mengubah atau menciptakan arus lewat dunianya di dalam jaringan, dapat dimanfaatkan untuk hal positif, seperti memastikan pemilu berjalan baik, aman, dan damai.
Generasi Z bisa menjadi pendengung untuk pemilu baik, membuat gerakan masif sehingga menjadi arus besar bahkan arus utama yang membanjiri dunia mereka, dunia daring. Arus besar tersebut dapat menindih konten-konten hoaks pemilu, ujaran kebencian, dan konten negatif lainnya agar tidak berseliweran di dalam jaringan.
Masyarakat yang mengakses media sosial pun jadi mendapatkan hal positif, literasi yang sehat, dan informasi positif tentang politik dan pemilu dari upaya generasi muda yang menjadi pendengung pemilu. Dengan upaya itu pula, Pemilu 2024 yang berjalan baik, berkualitas, aman, damai, dan gembira, optimistis dapat terlaksana.
Agen pemilu bersih
Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing menyatakan Generasi Z dapat menjadi agen pemilu bersih, sehat, dan demokratis untuk 2024.
Sebagai generasi yang terlahir di antara 1997-2012, sebagian besar mereka termasuk pemilih pemula pada Pemilu 2024. Artinya, mereka itu merupakan generasi yang belum terkontaminasi oleh perilaku-perilaku politik masa lalu, tindakan koruptif, dan politik buruk seperti politik uang, identitas, dan SARA.
Generasi Z ini juga terkenal sebagai angkatan yang sadar teknologi, pluralis, mudah berinteraksi dengan semua lapisan, tidak tersekat-sekat, tidak berpikiran sempit, dan berani dalam berbuat serta berbicara.
Dengan modal tersebut, para anak muda sangat pas untuk menjadi agen pemilu bersih, sehat, jujur, dan adil. Upaya mewujudkan pemilu bersih dan sehat berada di tangan yang tepat.
Mereka juga diyakini berani bersuara jika pemilu terselenggara tidak sesuai dengan semestinya atau ada tindakan-tindakan tercela yang menggerus pesta demokrasi. Karena, Gen-Z merupakan sosok berani dan relatif masih steril dari tindakan-tindakan politik kotor.
Namun, semua itu juga tidak akan terwujud kalau tanpa dukungan semua pihak, bahkan sebaliknya Gen Z bisa menjadi apatis terhadap politik dan pemilu.
Oleh karena itu, butuh peran dari para elite politik, parpol, dan para kandidat untuk meyakinkan generasi yang baru saja akan berpartisipasi sebagai pemilih tersebut, dengan menunjukkan bahwa politik dan pemilu itu adalah bagian penting untuk keberlangsungan negara.
Elite dan semua yang terlibat dalam pesta demokrasi harus menunjukkan dan memberikan contoh baik kepada Generasi Z. Caranya dengan memastikan pemilu bersih, sehat, dan berjalan demokratis sejak awal hingga akhir tahapan.
Oleh karena itu, sudah saatnya Generasi Z menjadi agen pemilu yang bersih, agar tidak terjerumus ke dalam praktik politik kotor, misalnya, menjadi buzzer hoaks, politik identitas, serta ujaran kebencian.