Sigi gencar bangun taman wisata buatan

id pemkab sigi,wisata buatan,rth sigi,bupati sigi,mohamad irwan

Sigi gencar bangun taman wisata buatan

Bupati Sigi Mohamad Irwan menyampaikan sambutan pada penutupan Festival Lestari Tahun 2023 di RTH Taman Taiganja, Desa Kalukubula, Kecamatan Sigi Biromaru. (ANTARA/HO-Prokopim Setda Pemkab Sigi)

Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sigi, Sulawesi Tengah, menggencarkan pembangunan taman wisata buatan dalam bentuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai tempat rekreasi, olahraga, dan tempat pameran UMKM, serta pementasan seni dan budaya.

"Taman wisata buatan dalam bentuk RTH ini memiliki beberapa fungsi diantaranya fungsi lingkungan, sosial, dan budaya, ekonomi," kata Bupati Sigi Mohamad Irwan, di Sigi, Kamis.

Pemkab Sigi, kata dia, pada tahun 2023 ini membangun dua taman wisata buatan meliputi taman wisata buatan Desa Lolu di Kecamatan Sigi Biromaru dengan anggaran kurang lebih Rp3 miliar. Selain itu taman wisata buatan Desa Binangga di Kecamatan Marawola dengan anggaran kurang lebih Rp2,4 miliar.

Saat ini pembangunan taman wisata buatan di dua desa tersebut, kata dia, sedang dalam pengerjaan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sigi. Taman tersebut sebagai sarana wisata, yang diharapkan dapat berdampak pada peningkatan ekonomi masyarakat.

Di samping itu pihaknya juga melakukan pengembangan destinasi pariwisata berskala nasional berbasis masyarakat, diantaranya objek wisata paralayang yang terletak di Desa Wayu, Kecamatan Marawola Barat.

Bupati Sigi Mohamad Irwan mengemukakan pengembangan wisata yang salah satunya diintervensi melalui pembangunan taman wisata buatan, merupakan bagian dari upaya pemulihan dampak gempa dan likuefaksi Sigi, khususnya pemulihan sosial, budaya, serta ekonomi warga.

"Sehingga melalui ruang-ruang ini diharapkan para pelaku usaha kecil dan menengah dapat merasakan dampak dari adanya pembangunan ini," ungkapnya.

Di samping itu, kata dia, pembangunan taman wisata buatan tersebut juga menjadi satu pendekatan dalam mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, mengenai pengurangan risiko bencana.

"Ini menjadi satu sarana terkait peristiwa 28 September 2018, sehingga diharapkan dapat berdampak pada pengetahuan dan kapasitas dalam kebencanaan untuk mengurangi risiko bencana," katanya.