Bank Indonesia: Kredit di Sulteng tumbuh capai Rp45,10 triliun

id Kinerja keuangan, kredit, NPL, kredit macet, ekonomi, BIsulteng, bank indonesia, perbankan, Dwiyanto, Sulawesi Tengah

Bank Indonesia: Kredit di Sulteng tumbuh capai Rp45,10 triliun

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Dwiyanto Cahyo Sumitra (kiri) memaparkan pertumbuhan ekonomi Sulteng dalam acara penguatan kapasitas jurnalis ekonomi Sulteng berlangsung di Balikpapan, Selasa (29/8/2023). ANTARA/Moh Ridwan

Balikpapan (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan kredit di Sulawesi Tengah pada kuartal II atau hingga Juli 2023 mencapai Rp45,10 triliun atau meningkat 10,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit di bulan sebelumnya (Juni) hanya sekitar 9,50 persen," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah Dwiyanto Cahyo Sumitra pada acara penguatan kapasitas jurnalis ekonomi Sulteng berlangsung di Balikpapan, Rabu.

Ia memaparkan, dilihat dari jenis penggunaan  didominasi kredit konsumsi sebesar 47,3 persen, disusul kredit modal kerja 42,1 persen dan kredit investasi 10,6 persen.

BI juga mencatat, kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di Sulteng sekitar 1,85 persen, lebih tinggi dari bulan sebelumnya namun masih berada di bawah threshold 5 persen.

"Presentasinya masih wajar, sejalan dengan NPL secara umum, NPL per jenis penggunaan juga masih terjaga di bawah 3 persen," ujarnya.

Di kuartal II perkembangan kredit di Sulteng mayoritas berada pada sektor perdagangan 37,88 persen, dan mayoritas lapangan usaha utama di daerah tersebut memiliki kualitas kredit yang baik diindikasikan dengan tingkat NPL yang masih berada di bawah threshold kurang dari 5 persen.

"NPL sektor konstruksi sudah mencapai 18,5 persen, karena beberapa permasalahan terkait mekanisme pembayaran proyek berbasis kontrak yang sempat terkendala sejak Tahun 2022," tutur Dwiyanto.

Ia mengemukakan, stabilitas sistem keuangan di daerah ini juga ditopang dengan tumbuhnya dana pihak ketiga (DPK) atas dasar perjanjian tabungan dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan dan/atau bentuk lainnya.

Tercatat hingga Juli lalu, DPK dikelola perbankan senilai Rp32,73 triliun, atau tumbuh sebesar 20,65 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy), setelah triwulan sebelumnya hanya tumbuh 8,10 persen yoy.

"Pertumbuhan DPK ditunjang dengan peningkatan outstanding giro sebesar 40 persen, deposito 23 persen yoy dan tabungan 13 persen yoy," katanya.

Ia menambahkan, DPK di Sulteng menurut jenis produknya masih didominasi tabungan dengan presentasi 56,13 persen, disusul giro 25,19 persen dan deposito 18,68 persen.