Jakarta (ANTARA) -
"Pernyataan pejabat The Fed menjadi faktor utama apresiasi dolar AS. Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, dan Presiden Fed New York, John Williams, mengisyaratkan bahwa mereka mendukung sikap The Fed yang higher-for-longer," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada ANTARA di Jakarta, Jumat.
Pernyataan mereka menyiratkan bahwa beberapa anggota bank sentral AS atau The Fed masih ragu untuk menurunkan suku bunga kebijakannya lebih cepat pada 2024. Akibatnya, dolar AS menguat dan imbal hasil (yield) US Treasury (UST) 10 tahun naik empat basis poin (bps) menjadi 4,38 persen.
Saat ini para pedagang masih ingin mengobservasi data ekonomi AS yang cenderung beragam. Klaim pengangguran awal AS (US Initial Jobless Claims) untuk pekan yang berakhir pada 11 Mei 2024 turun kira-kira sesuai dengan perkiraan.
Harga impor dan ekspor AS pada April 2024 naik lebih dari yang diantisipasi, perumahan baru dan izin bangunan pada April 2024 cenderung di bawah ekspektasi dan produksi industri pada April 2024 secara tak terduga stagnan.
Josua memproyeksikan pergerakan kurs rupiah akan berada di rentang Rp15.900 per dolar AS sampai dengan Rp16.025 per dolar AS.