"Untuk harga daging babi di Sigi mengalami kenaikan cukup signifikan, karena harga ternak babi juga meningkat tajam," kata Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Sigi Ihsan, Rabu.
Ia mengemukakan kenaikan harga ternak babi di wilayah itu disebabkan menurunnya kembang biak ternak babi di Kabupaten Sigi pasca merebaknya penyakit demam babi Afrika.
"Tentunya ini disebabkan karena supply dan ketersediaan babi berkurang seperti ada peternak babi di Jono Oge itu hampir nol ternaknya karena kasus ASF tahun 2023," ujarnya.
Pemkab Sigi, kata dia lagi, setiap harinya rutin melakukan pemotong babi di Rumah Potong Hewan (RPH) untuk dijual ke Kota Palu dan kabupaten lainnya.
"Satu-satunya kabupaten di Sulawesi Tengah yang memiliki rumah potong hewan babi hanya di Sigi, dan setiap hari supply ke Kota Palu dengan lokasi pemotongan itu di Kabupaten Sigi," katanya lagi.
Adapun sebelum merebaknya kasus demam babi Afrika di Kabupaten Sigi, pengiriman babi ke Kabupaten Morowali dua kali dalam sehari.
"Tahun 2023 itu biasanya kami bisa mengirim sampai ke Kabupaten Morowali dalam jumlah besar," ujarnya pula.
Berdasarkan data Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Sigi untuk harga daging babi saat ini dari masyarakat ke pemotong adalah Rp65 ribu per kilogram dari sebelumnya Rp35 ribu per kilogram.
Menurut Ihsan, harga di Pasar Maesa sebelum kasus ASF untuk daging merah mencapai Rp100 ribu per kilogram, daging campur Rp80 ribu per kilogram, tulang Rp60 ribu per kilogram, usus Rp100 ribu per kilogram, dan kepala tergantung ukuran.
"Harga di Pasar Maesa saat ini untuk Daging merah Rp150 ribu per kilogram, daging campur Rp130 per kilogram, tulang Rp90 ribu per kilogram, kepala Rp50 ribu per kilogram, dan usus Rp150 ribu," ujarnya pula.