Palu (ANTARA) - Bank Indonesia (BI) mengatakan Sulawesi Tengah (Sulteng) perlu memanfaatkan komoditas kakao untuk menunjang pertumbuhan ekonomi daerah, karena saat ini tren harga komoditas tersebut terus bergerak naik.
"Kakao salah satu komoditas subsektor perkebunan yang menjanjikan saat ini, Sulawesi Tengah salah satu sentra kakao, maka peluang ini perlu dimanfaatkan dengan baik untuk menopang ekonomi daerah ke depan," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Sulteng Rony Hartawan dalam kegiatan lokakarya sinergitas pengembangan ekosistem kakao di Sulteng berlangsung di Kota Palu, Senin.
Ia menjelaskan, nilai perdagangan kakao global saat ini sekitar Rp162,2 triliun, sedangkan nilai pasarnya Rp236 triliun, dan 145 ribu ton produksi kakao rata-rata per tahun atau sekitar 2,9 persen produksi dunia ada di Sulteng.
Maka petani di provinsi ini perlu memanfaatkan potensi itu untuk memperkuat ketahanan komunitas, dengan melakukan perluasan areal tanam baru, maupun peremajaan.
"Penguatan ketahanan kakao daerah tidak cukup hanya berhenti di tingkat petani, perlu keterlibatan para pihak termasuk pemerintah daerah (pemda), dan BI juga memiliki tanggung jawab dalam pengembangan komoditas tersebut," ujarnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Sulteng memiliki sekitar 300 ribu hektare perkebunan kakao, sekitar 65 persen tanaman tersebut berusia di atas 25 tahun atau sudah tua, sehingga perlu peremajaan supaya produktivitas lebih meningkat.
Tantangan lainnya pada sektor perkebunan kakao yakni pangsa pasar komoditas itu 1,16 persen terhadap perekonomian Sulteng, angka ini masih rendah karena belum adanya hilirisasi, kakao hanya di ekspor dalam bentuk biji mentah.
"Sudah saatnya kakao menjadi sumber ekonomi baru daerah, kolaborasi semua pihak. Sulteng sudah punya modal 2,9 persen sebagai produksi dunia, mestinya ini menjadi pemacu untuk memperkaya kuantitas komoditas," tutur Rony.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Tengah Reny A Lamadjido mengatakan, ada hal mendasar menyebabkan petani kakao beralih, karena beberapa tahun lalu harga komoditas itu anjlok.
Ia meminta petani kakao tetap konsisten merawat tanaman untuk kelangsungan produksi, dan ke depan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulteng melakukan langkah-langkah percepatan peningkatan sektor pertanian melalui program Berani Makmur, sebagai salah satu program prioritas.
"Sektor pertanian dan perkebunan memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kami menargetkan tahun 2025 PAD Sulteng bisa terealisasi di angka Rp5,4 triliun, tahun 2024 sekitar Rp2,3 triliun," tuturnya.
Pemprov Sulteng menetapkan, program pembangunan daerah dengan mewujudkan Sulawesi Tengah sebagai wilayah pertanian dan industri yang maju serta berkelanjutan.
"Guna menggapai itu semua maka kami melakukan percepatan pengembangan pertanian dan industri ramah lingkungan, langkah ini menjadi komitmen kami ke depan," ucapnya.
