Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Pemprov Sulteng) mengatakan komoditas jagung di daerah itu mengalami surplus 254.070 ton sembilan bulan terakhir atau sejak Januari hingga September 2025.
"Kebutuhan rata-rata dalam daerah 1.633 ton per tahun," kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sulawesi Tengah Nelson metubun di Palu, Senin.
Ia menjelaskan, produksi petani lokal sembilan bulan terakhir sebanyak 255.703 ton jagung pipilan kering, lalu dikurangi 1.633 ton kebutuhan konsumsi masyarakat, maka tersisa 254.070 ton kelebihan atau surplus.
Sehingga tanaman pangan memberikan kontribusi besar terhadap ketahanan pangan daerah, baik itu komoditas padi maupun jagung, yang mana keduanya sama-sama memiliki jumlah produksi yang besar.
Di bandingkan dengan jumlah produksi Januari hingga Mei 2025 di angka 146.138 ton, terjadi peningkatan signifikan sebanyak 109.565 ton, jumlah itu di perkirakan masih terus bertambah hingga akhir tahun nanti.
"Rata-rata kebutuhan dalam daerah 1.632 ton per tahun, meski jumlah kebutuhan ini kecil dibandingkan rata-rata beras per tahun 220.854 ton, namun jagung sangat membantu menopang pangan daerah," ujarnya.
Ia mengemukakan melihat pertumbuhan produksi yang stabil, maka pemerintah daerah (pemda) terus menjaga konsistensi petani melalui kolaborasi, salah satunya penguatan produktivitas melalui intervensi bantuan pupuk subsidi yang terus digulirkan setiap tahun.
Karena pupuk salah satu sarana produksi pertanian (saprodi) yang merupakan bagian dari kebutuhan utama petani dalam meningkatkan hasil panen.
"Petani merupakan mitra strategis dalam menyediakan bahan pangan, dan petani juga memiliki kontribusi dalam menunjang ketahanan ekonomi daerah maupun nasional lewat swasembada pangan," ucap Nelson.
Ia menandakan, sub sektor tanaman pangan di Sulteng masih mengandalkan komoditas padi dan jagung, selain itu pemda setempat juga terus melakukan langkah-langkah percepatan transformasi teknologi pertanian kepada petani.
Upaya itu guna mempermudah kerja-kerja petani di lapangan, mulai dari sistem penggarapan lahan, proses tanam, pemupukan hingga panen.
"Petani modern tidak hanya sebatas menghasilkan produksi, tetapi juga ikut terlibat dalam kegiatan usaha pertanian. Langkah itu telah dilakukan melalui program pemberdayaan pedesaan dan pengembangan pertanian atau readsi," kata dia menuturkan.
