Komunitas adat terpencil di Luwuk nikmati pembangunan jembatan

id KAT,komunitas,adat,terpencil,luwuk

Komunitas adat terpencil di Luwuk nikmati pembangunan jembatan

Dua orang anak dari komunitas adat terpencil (KAT) sedang mencoba menyeberangi jembatan "Merdeka" di Dusun Tombiyobong, Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. (www.sulteng.antaranews.com/Steven Pontoh)

Kami senang sekali. Sudah tidak basah-basah lagi menyeberang sungai

Luwuk (Antaranews Sulteng) - Warga komunitas adat terpencil (KAT) Kahumamaon di Dusun Tombiyobong yang menjadi binaan Kementerian Sosial, akhirnya bisa menikmati pembangunan jembatan penghubung ke Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.

Jembatan gantung yang diberi nama jembatan "Merdeka" itu, dibangun Kencana Agri Ltd melalui anak perusahaannya PT Sawindo Cemerlang dan PT Delta Subur Permai, bekerja sama dengan Vertical Rescue Indonesia (VRI).

Kepala suku Kahumamaon sekaligus pendamping KAT Tombiyobong, Pesawat di Luwuk, Kamis, mengungkapkan rasa syukur atas perhatian perusahaan, yang sudah memberikan bantuan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) bagi masyarakat setempat.

Menurutnya saat dirinya ditugaskan pemerintah ke kawasan pemukiman 8 tahun lalu, warga Tombiyobong khususnya anak sekolah selalu menyeberangi sungai untuk mendapatkan akses pendidikan di desa terdekat.

"Kami senang sekali. Sudah tidak basah-basah lagi menyeberang sungai," tambahnya.

Kepala Desa Maleo Jaya, I Made Gantiana mengatakan adanya jembatan tersebut mempermudah akses transportasi penduduknya yang hendak ke kebun atau sebaliknya.

Terlebih bagi anak-anak sekolah dari KAT Tombiyobong, yang harus berjalan kaki setiap harinya sekira 4 kilometer.

"Dengan jembatan ini, anak-anak ke sekolah tidak lagi melepas sepatu dan baju. Sebab sudah bisa jalan lewat jembatan. Program ini sangat membantu masyarakat," tutur Made.

Ia mengungkapkan beberapa waktu terakhir, telah ada beberapa warga yang hanyut terseret arus dan ditemukan dalam kondisi meninggal, ketika menyeberangi sungai di musim penghujan. Dengan adanya jembatan merdeka itu, Ia berharap tidak ada lagi korban jiwa.

Sementara itu, CSR Kencana Agri Ltd, Lukito Wisnu Putro menjelaskan program pembangunan jembatan merupakan kerjasama berbagai pihak, antara lain Kementerian Sosial, Kodam Merdeka, Pekab Banggai, Kencana Growth Excelence Integrity, Vertical Rescue Indonesia, dan Forum CSR Kesejahteraan Sosial.

Selain menjadi akses penghubung warga Maleo Jaya ke kebun, jembatan Merdeka itu, diharapkan bisa memerdekakan warga komunitas adat terpencil yang ada di dusun Tombiyobong ketika turun ke Desa Maleo Jaya.

Pemberian nama jembatan merdeka sendiri, kata dia didasari atas program pembangunannya yang dimulai di bulan Agustus dan selesai dikerjakan pada momentum peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia.

Kenapa kami pilih Desa Maleo Jaya, karena di sini ada komunitas adat terpencil Kahumamaon. Selain itu, tujuannya untuk menyambung program pemerintah terkait akses komunitas adat terpencil khususnya anak sekolah. Dengan jembatan ini, harapan kami tidak ada lagi anak sekolah yang harus menyeberang sungai saat ke sekolah, jelas Lukito.