TNI dan gempa Sulteng

id tni

TNI dan gempa Sulteng

Prajurit TNI menggendong pengungsi berusia lanjut korban gempa dan tsunami, di Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018). Ribuan warga kota berupaya mengungsi keluar kota Palu karena keterbatasan persedian bahan makanan pasca gempa dan tsunami 28 September 2018. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/hp.

Palu,  (Antaranews Sulteng) - Peringatan Hari Tentara Nasional Indonesia (TNI) 5 Oktober 2018, semestinya menjadi momentum kemeriahan dan kebanggaan  bagi setiap prajurit dalam menjaga keamanan dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Namun kali ini bolehlah disebut bahwa bangsa yang sedang berduka akibat dihantam gempa bumi dan gelombang tsunami berkekuatan 7,4 Skala Richter di Donggala, Sulawesi Tengah, sepekan lalu, membuat TNI pun dalam suasana pilu.

Setidaknya bagi Sersan Mayor Latif yang memiliki orang tua di Sulawesi Tengah dan sejak beberapa tahun terakhir ini bertugas di Kodim Batanghari di Kota Jambi.

Berbincang-bincang dalam perjalanan udara dari Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta,  menuju Bandara Mutiara SIS Al Jufrie, Palu, Sulteng, prajurit yang pernah bertugas di Afrika Selatan ini, menuturkan kegelisahannya karena tak bisa kontak dengan keluarganya di Palu.

Ibunya, saudara-saudara kandungnya, dan anggota keluarga yang lain banyak yang tinggal di daerah yang dilanda gempa itu.Sebagai prajurit yang patuh, dia tak bisa serta merta meninggalkan tempat tugasnya untuk segera mencari tahu soal kegelisahannya itu.Setelah dia mendapatkan izin atasan, langsung tanpa persiapan apa-apa, prajurit dari matra darat, membaur dengan prajurit-prajurit dari matra udara dan matra laut, yang dikerahkan ke Kota Palu, Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kabupaten Parigi Moutong, untuk membantu para korban dan pemulihan pada masa tanggap darurat ini.

Hingga kini belum ada informasi resmi berapa prajurit TNI dan keluarganya yang menjadi korban gempa.

Kemanusiaan

Peringatan Hari TNI kali ini menjadi momentum untuk terlibat langsung dalam berbagai kegiatan kemanusiaaan. 

Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) VIII Manado, selain mengerahkan personel, bantuan makanan dan minuman, juga mengirimkan 17 kendaraan bantuan kemanusiaan terdiri atas 13 truk berisi berbagai barang, satu truk bahan bakar minyak (BBM), dua kendaraan kawal dan satu kendaraan kecil, lengkap dengan dua ton solar.Bantuan kemanusiaan ini berasal dari berbagai pihak baik seperti dari instansi, perusahaan, masyarakat peduli sebagai bentuk solidaritas dengan adanya bencana alam tersebut.

Sementara Lantamal VI Makassar mengerahkan helikopter jenis panther untuk membantu mendistribusikan bantuan logistik melalui udara terutama ke daerah-daerah yang tidak terjangkau karena keterbatasan akses, seperti di berbagai wilayah di Parigi Moutong. 

Lantamal VI juga membuka pos layanan kesehatan di depan Universitas Muhamaddiyah Palu, lengkap dengan dokter,  tenaga medis, dan berbagai peralatan keaehatan, serta obat-obatan.

Berbagai bantuan lain dari TNI AL juga dikerahkan ke Sulawesi Tengah.

TNI AU sejak awal gempa, mengerahkan personel dan pesawat-pesawat angkut barang berbadan besar seperti Hercules.

Begitu juga TNI Angkatan Darat dengan banyak personelnya yang menembus berbagai lokasi terisolir akibat terguncang gempa dan tersapu tsunami, selain mendistribusian berbagai bantuan.TNI AD juga mendirikan Rumah Sakit Lapangan Yonkes/2/YBH/2 Kostrad dan tenda darurat bagi para pengungsi korban, di halaman kantor BMKG, di Kelurahan Balaroa, Palu.

Seperti layaknya rumah sakit pada umumnya, di rumah sakit lapangan bertenda itu ada ruang  pemeriksaan, ruang pengambilan obat,  ruang perawatan, dan ruang IGD. 

Selain RS lapangan, juga ada dapur umum yang juga didirikan untuk melayani para pengungsi yang sangat membutuhkan bantuan, mengingat lokasi gempa di Perumnas Balaroa merupakan salah satu lokasi parah terdampak gempa.

Ketiga matra TNI bersama Polri juga membantu pengamanan wilayah.

Ratusan personel TNI/Polri menjaga ketat Bandara Mutiara dari kerumunan para pengungsi yang ingin keluar dari Kota Palu dan memastikan pengiriman bantuan personel dan barang berlangsung lancar, termasuk bantuan dari negara-negara sahabat. 

Bandara Mutiara masih diprioritaskan untuk digunakan oleh pesawat-pesawat militer membawa para korban luka akibat gempa bumi dan tsunami, yang hendak melakukan pengobatan dan perawatan di provinsi lain.Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Makassar 590 dan kapal-kapal dari PT Pelni juga dikerahkan untuk membantu para pengungsi yang ingin menuju Makassar, Sulawesi Selatan. 

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto mengatakan seluruh pasukan yang sudah dikirimkan ke wilayah bencana, selain untuk memastikan pengamanan penyaluran bantuan, juga ditugaskan untuk menjaga objek-objek vital. 

Ada sekitar lima batalion yang bertugas membantu penanganan gempa ini.

Mantan Kepala Staf TNI AU sudah memberikan pengarahan kepada seluruh pasukan yang dikirim untuk membantu mempercepat pergerakan perekonomian masyarakat setempat, dengan cara mengawal segala aktivitas, baik itu di kota-kota besar terdampak bencana maupun kota-kota yang masih terisolasi.

"Pengamanan kepada seluruh sektor, termasuk pintu masuk. Kami jaga akses masuk bantuan dari luar sehingga bantuan sampai kepada korban yang memerlukan," kata Panglima TNI.Pengabdian TNI untuk rakyat dan bangsa dan negara Republik Indonesia memang selalu membanggakan. Dirgahayu TNI.