Warga petobo mencari bekas rumah diantara reruntuhan

id gempa,petobo

Warga petobo mencari bekas rumah diantara reruntuhan

Warga melintasi jalanan yang rusak akibat gempa 7,4 pada skala richter (SR), di kawasan Kampung Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (2/2018). Gempa tersebut juga merusak akses transportasi ke sejumlah daerah di Kabupaten Sigi. (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja) (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/)

Palu, Sulawesi Tengah,  (Antaranews Sulteng) - Sebagian warga Kelurahan Petobo di Kecamatan Palu Selatan menjelajah di antara reruntuhan bangunan untuk mencari bekas rumah yang terseret lumpur yang menyertai gempa 7,4 Skala Richter yang mengguncang wilayah Kota Palu dan Donggala pada 28 September.

Abdul Wahab melanjutkan pencarian rumahnya di wilayah Petobo pada Minggu dan hanya mendapati kursi plastik berwarna hijau dan atap teras dapur miliknya yang sudah berkarat.

"Sudah sembilan hari saya mencari dimana letak rumah saya," katanya.

Selama melakukan pencarian di wilayah kelurahan yang paling parah terdampak gempa itu, Abdul Wahab tidak menemukan bagian tembok rumahnya, malah melihat reruntuhan bangunan rumah tetangganya yang berserakan.

"Tidak tahu apakah rumah saya tertimbun lumpur atau hancur, kalaupun hancur pasti ada runtuhan temboknya," kata dia.

Gempa yang memicu likuifaksi atau pencairan tanah itu menyebabkan bangunan-bangunan di Petobo rusak atau terseret lumpur hingga ratusan meter dari posisi semula.

Ulim Riefnandar hingga kini juga belum menemukan reruntuhan rumahnya. Dia tidak mengenali lagi dimana posisi awal rumahnya karena sudah banyak reruntuhan bangunan berserakan di atas gundukan tanah yang tinggi.

"Semua dokumen-dokumen penting termasuk ijazah saya ada di dalam rumah, tidak bisa diselamatkan, yang tersisa tinggal baju di badan," katanya.

Dia tidak tahu bagaimana dan di mana nantinya akan tinggal karena semua harta bendanya tersapu lumpur.

Meski sudah ada yang kembali ke area permukian mereka yang terdampak gempa, masih banyak warga Petobo yang belum berani melihat kampung mereka yang kini tidak layak dihuni. Sebagian masih memilih bertahan di tenda pengungsian.