Washington, (Antaranews Sulteng) - Presiden Grup Bank Dunia Dunia Jim Yong Kim akan bergabung dengan Global Infrastructure Partners (GIP), ekuitas keuangan swasta yang berinvestasi di negara makmur dan berkembang.
Kabar itu diungkapkan perusahan tersebut pada Selasa (8/1), sehari setelah pengunduran diri Kim dari Bank Dunia yang mengejutkan.
Kim, yang bergabung dengan GIP di New York pada 1 Februari sebagai rekan dan wakil presiden, dikenai larangan satu tahun untuk berhubungan dengan semua unit Bank Dunia, termasuk cabang kreditur swastanya, International Finance Corp, ungkap seseorang yang mengetahui pengaturan terkait pengunduran dirinya.
Cabang kreditur itu sebagian besar memusatkan kegiatan di pembiayaan infrastruktur seperti proyek energi, air, dan transportasi di negara-negara berkembang.
Kim mengundurkan diri lebih dari tiga tahun sebelum masa kepemimpinannya berakhir pada 2022 di tengah perbedaan pandangan dengan pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait perubahan iklim dan kebutuhan sumber pembangunan yang lebih besar.
Pembicaraan antara Kim dan GIP mengenai pekerjaan barunya terjadi enam pekan lalu di konferensi tingkat tinggi G20 di Buenos Aires, tambah sumber tersebut. Kim menekankan bahwa pemanfaatan investasi sektor swasta merupakan kunci untuk pembangunan infrastruktur yang sangat dibutuhkan di tengah terbatasnya anggaran publik.
Setelah membukukan kenaikan modal sebesar 13 miliar dolar AS (sekitar Rp183,7 miliar) pada tahun lalu dan mengisi kembali posisi donor Bank Dunia untuk negara-negara paling miskin, Kim pada Senin mengatakan dalam catatan kepada staf bahwa kesempatan itu "adalah jalan tempat saya mampu membuat kontribusi besar pada masalah besar dunia seperti perubahan iklim dan defisit infrastruktur di pasar berkembang."
Dewan Bank Dunia diperkirakan akan menggelar pertemuan pekan ini untuk membahas pengganti Kim.
Meskipun Amerika Serikat (AS) biasanya mengajukan nama kepala Bank Dunia, kebiasaan itu bisa diperdebatkan, karena pengajuan Kim yang dilakukan oleh mantan presiden Barack Obama pada 2012 sempat ditentang oleh para kandidat dari Kolombia dan Niger, di bawah proses pengajuan terbuka yang wajar.
AS memiliki hak veto di dewan Bank Dunia, dengan jumlah sekitar 16 persen dari total suara, diikuti oleh Jepang dengan 6,9 persen dan China dengan 4,5 persen.