Membangkitkan Pariwisata Sulteng

id pariwisata Sulawesi Tengah, Kepulauan Togean,Pantai Tanjung Karang,situs Megalith

Membangkitkan Pariwisata Sulteng

Sunset di Kepulauan Togean (http://togeanpolhut.weebly.com)

Palu (ANTARA News) - Dunia pariwisata Sulawesi Tengah saat ini mulai bangkit. Itu terbukti pada Januari 2012 tingkat hunian kamar hotel berbintang di provinsi ini tertinggi di Indonesia, mengalahkan Bali dan Yogyakarta yang lebih dikenal sebagai daerah tujuan wisata.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), selama Januari 2012 tingkat hunian hotel berbintang di Sulawesi Tengah sebesar 63,73 persen, disusul Bali 62,01 persen, dan Daerah Istimewa Yogyakarta 40,54 persen.

Meski jumlah hotel di Sulawesi Tengah cuma tiga buah kondisi tersebut menunjukkan provinsi beribu Kota Palu ini banyak menarik minat pendatang.

Sementara jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang pada Januari 2012 sebanyak 3.295 orang, dengan jumlah tamu asing 146 orang dan tamu domestik 3.149 orang. Sedangkan jumlah tamu asing di Sulawesi Tengah pada Januari 2012 sebanyak 308 orang, WNA dari Asia menjadi tamu asing terbanyak dengan jumlah 224 orang, disusul oleh Amerika sebanyak 49 orang dan Eropa sebanyak 35 orang.

Kunjungan tamu ke Sulawesi Tengah itu tidak sepenuhnya melakukan kegiatan wisata, melainkan urusan pekerjaan atau kesibukan lainnya.

Namun demikian, peluang itu seharusnya ditangkap oleh pemerintah setempat dengan menawarkan paket-paket wisata menarik dengan harga terjangkau.

Sulawesi Tengah yang berpenduduk 2,7 juta jiwa memiliki destinasi wisata yang tidak kalah dengan Bali atau Yogyakarta yang juga penduduknya tidak banyak. Tujuan wisata di Sulawesi Tengah antara lain Kepulauan Togean di Kabupaten Tojo Una-Una, Pantai Tanjung Karang di Kabupaten Donggala, Danau Poso dan situs Megalith di Kabupaten Poso, Danau Lindu di Kabupaten Sigi, serta Teluk Palu di Kota Palu.

Berbagai daerah wisata itu menawarkan keindahannya masing-masing. Kepulauan Togean menawarkan ratusan titik selam yang indah dengan kekayaan hayati dasar laut yang sulit ditandingi.

Sementara Pantai Tanjung Karang menawarkan tempat peristirahatan dengan pemandangan pantai berpasir putih, laut yang tidak memiliki gelombang, serta belasan titik selam yang tak kalah dengan Kepulauan Togean.

Danau-danau di Sulawesi Tengah juga menawarkan kemolekannya. Danau Poso memiliki ikan endemik, yakni sogili (anguilla marmorata), sedangkan Danau Sigi yang terletak di atas pegunungan banyak terdapat ikan mujahir. Mujahir asal Danau Lindu tidak hanya terkenal di Sulawesi Tengah tapi juga diekspor ke hingga ke provinsi tetangga.

Sementara situs Megalith di Lembah Poso bisa menceritakan asal-usul penduduk Sulawesi Tengah.

Sedangkan Teluk Palu sudah tidak asing lagi bagi masyarakat nasional. Teluk yang dikelilingi pegunungan ini menyambut setiap tamu yang datang, khususnya bagi penumpang pesawat terbang. Pemandangannya akan terlihat jelas begitu pesawat perlahan mulai mendarat.

Kesan itu pernah terlontar dari aktor senior Slamet Raharjo ketika pertama kali datang ke Kota Palu. "Sangat jarang bisa melihat laut dan pegunungan sekaligus dalam sekali pandangan," katanya beberapa waktu lalu.

Macan Tidur

Luas perairan Sulawesi Tengah yang mencapai 194 ribu km persegi atau tiga kali lipat luas daratannya ibarat macan tidur yang belum memperlihatkan kekuatannya.

Dengan segala potensi yang dipunyai, wisata Sulawesi Tengah saat ini belum digarap secara maksimal. Promosi wisata yang dilakukan seolah hanya formalitas menjelang pelaksanaan suatu ajang wisata tertentu.

Promosi memang membutuhkan dana yang besar namun hasil yang didapat juga akan lebih besar meski membutuhkan waktu. Kondisi inilah yang mungkin menjadi kendala klasik bagi pemerintah setempat.

"Kami sudah berusaha maksimal dengan dana yang minimal," kata seorang panitia Festival Teluk Palu belum lama ini.

Hasilnya, Festival Teluk Palu memang ramai dipadati pengunjung. Namun pengunjung itu sebagian besar warga lokal yang kebetulan haus hiburan.

Promosi bisa dilakukan dengan memasang iklan di majalah yang beredar khusus di pesawat atau di media nasional. Sementara promosi yang agak murah bisa dilakukan dengan pembuatan brosur wisata yang dibagikan gratis kepada penumpang yang akan naik atau turun dari pesawat.

"Kalau perlu kita menyiapkan duta wisata di bandara di Jakarta, Bali, Medan dan Surabaya. Mereka bertugas membagikan brosur serta keping DVD berisikan profil Sulawesi Tengah kepada penumpang," kata Thoriq, pemerhati wisata di Palu.

Paket Wisata

Untuk mengembangkan wisata memang dibutuhkan trik-trik jitu agar wisatawan berminat hadir di Sulawesi Tengah, salah satunya dengan paket wisata.

Paket wisata yang murah dan jadwal yang tepat harus bisa diciptakan. Misalnya, wisatawan sekali mengunjungi Sulawesi Tengah bisa menikmati panorama dari Kota Palu hingga Kepulauan Togean dalam sekali kunjungan.

Untuk menuju Kepulauan Togean, Kabupaten TojoUna-Una, wisatawan asing biasanya lebih suka melalui Gorontalo karena lebih dekat. Kalau melalui Kota Palu maka akan membutuhkan waktu lebih 10 jam karena saat ini Kabupaten Tojo Una-Una belum memiliki pelabuhan udara.

Olehnya, paket-paket wisata itu harus dikemas secara menarik untuk lebih memikat turis. Paket wisata itu misalnya, Teluk Palu-Danau Poso-Kepulauan Togean selama beberapa hari.

Memang diakui bahwa Kepulauan Togean adalah magnet wisata paling terkenal di Sulawesi Tengah. Para wisatawan asing banyak langsung menuju ke Togean tanpa singgah terlebih dulu di Palu atau di Poso, padahal daerah itu satu jalur perlintasan.

Ini seharusnya menjadi peluang bisnis yang harus dimanfaatkan dengan mengemas paket wisata. Jika itu terjadi maka perekonomian akan tumbuh karena uang para turis banyak beredar di masyarakat.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Tengah Suaib Djafar mengatakan, rata-rata tamu di Sulawesi Tengah saat mencapai 3.100 orang per bulan.

"Jika setiap pengunjung menghabiskan uangnya Rp1 juta per hari maka bisa dibayangkan jumlah uang yang berputar di masyarakat, dari ongkos taksi, restoran, penginapan, dan kegiatan lainnya," katanya.

Untuk lebih menggaet jumlah wisatawan, sejumlah daerah di Sulawesi Tengah sebenarnya telah memiliki agenda tahunan seperti Fesrival Danau Lindu, Festival Danau Poso, Festival Bahari Togean atau Festival Teluk Palu.

Festival itu telah memiliki nama di dunia nasional bahkan internasioal. Berbagai kegiatannya selalu banyak dikunjungi wisatawan manca negara.

Namun seringnya terjadi perubahan jadwal pelaksanaan akhirnya wisatawan, terutama turis asing, mengurungkan niatnya untuk hadir.

Turis asing biasanya telah mengagendakan untuk datang ke suatu tempat sejak berbulan-bulan sebelum kegiatan wisata itu dilaksanakan. Jika jadwal pelaksanaan suatu festival budaya berubah-ubah atau molor maka turis itu tidak jadi berkunjung. Ini merugian dan harus menjadi pelajaran berharga.

Untuk membangkitkan dunia wisata di Sulawesi Tengah tidaklah mudah, butuh kerja keras dan kerja sama, tidak cuma mengejar keuntungan sesaat tapi keuntungan berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat. ***3***