Palu (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mendorong wilayah-wilayah kering atau tidak memiliki air yang cukup agar membudidayakan padi ladang guna mendukung produksi padi di provinsi tersebut.
"Sistem pertanian nonsawah ini perlu dikembangkan khususnya daerah-daerah yang tidak memiliki sumber air memadai, " kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sulawesi Tengah Trie Iriana Lamakampali, di Palu, Selasa.
Menurutnya, padi gogoh atau padi ladang merupakan warisan nenek moyang yang harus dipertahankan kelangsungannya karena prosesnya diolah secara tradisional meskipun masa panen tidak secepat padi sawah.
Era kekinian justru pertanian organik terus didorong sebagai sistem pertanian nonkimiawi, sehingga dinilai menjadi konsekuensi kebijakan pemerintah daerah perlu meningkatkan luas tanam.
"Keuntungan padi gogo tidak menggunakan pestisida dan bahan kimia lainnya karena diolah secara tradisional, selain kualitasnya dijamin bagus rasanya pun enak, " ungkap Trie.
Dia menyebut, padi sawah dan padi ladang memiliki perbedaan dalam sistem pengolahannya. Dari segi waktu produksi, padi sawah hanya membutuhkan waktu sekitar 120 hari, sementara padi ladang membutuhkan proses lama empat hingga enam bulan produksi.
Baca juga: Luas Panen Padi Sulteng Capai 107.054 Hektar
Baca juga: BPTP Sulteng Sosialisasikan Teknologi Pertanian Metode Hazton
Dari luas tanam padi Sulteng sebesar 268.000 hektare, 90 persen adalah pertanaman padi sawah dan 10 persen padi ladang.
"Dengan kondisi pascagempa, tsunami dan likuifaksi yang merusak pemukiman warga serta lahan pertanian, mungkin petani bisa memanfaatkan lahan kering untuk budidaya padi ladang khususnya mereka berada di daerah yang tidak memiliki sumber air yang cukup" tuturnya.
Sulteng sebagai salah satu daerah penghasil beras di tanah air, memiliki peran peting dalam menjaga ketahanan pangan nasional, meski daerah itu sempat dihantam gempa, tsunami dan likuifaksi namun tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi komoditas tanaman pangan dan hortikultura khususnya beras.
Selain padi, jagung juga masih menjadi komoditas penopang ketahanan pangan daerah dengan jumlah produksi sebesar 350.000 ton per tahun.
Baca juga: BI Sulteng kembangkan teknologi padi metode huzton