Palu (ANTARA) - Peran Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap dalam pemulihan situasi serta psikologi korban gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah patut dihargai semua kalangan masyarakat dan pemerintah.
Upaya memulihkan kehidupan korban bencana dengan memberikan air minum, makanan, tempat tinggal, pakaian layak pakai, rumah ibadah, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), sarana bermain ramah anak dan perempuan, membangun sekolah, dan aksi kemanusiaan lainnya adalah tindakan kemanusiaan untuk menyelamatkan kehidupan manusia pascabencana.
Suatu pepatah menyebut, "Membunuh ribuan nyawa, seseorang akan disebut panglima perang. Menyelamatkan satu kehidupan, maka seseorang akan disebut Tuhan".
Lembaga Kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) bukan Tuhan. Mereka yang tergabung dalam organisasi kemanusiaan itu hanya makhluk Tuhan, sama seperti para korban gempa, tsunami, dan likuefaksi yang kini berada di pengungsian.
Akan tetapi, aksi kemanusiaan yang mereka lakukan sebagai suatu kebaikan. Kebaikan itu perbuatan yang diilhami Tuhan. Sebab, baik berasal dari Tuhan.
Apa yang mereka lakukan semata-mata didasarkan atas nilai kemanusiaan, ACT tidak membutuhkan imbalan penghormatan, pujian dari pemerintah atau masyarakat dan elemen lainnya.
Walaupun begitu, pemerintah di daerah terdampak bencana di Palu, Donggala, Sigi, dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah menyampaikan terima kasih kepada ACT atas aksi kemanusiaannya di Pasigala (Palu, Sigi, dan Donggala).
Staf Ahli Gubernur Sulteng Siti Norma Mardjanu mengemukakan pemprov berterima kasih kepada ACT karena telah membantu pembangunan ribuan hunian sementara (huntara), pangan, air bersih, dan sebagainya, untuk pemulihan korban dan daerah setempat pascabencana.
"ACT telah membangun sekian ribu ICS (Integrated Community Shelter) yang dilengkapi sanitasi, klinik kesehatan, dapur umum, taman, taman bermain anak," ucap Siti yang membidangi pemerintahan, hukum, dan politik
Direktur Eksekutif Humanity Network ACT, Bambang Triyono, mengemukakan ACT telah membangun 1.218 bilik huntara di 12 Kompleks Hunian Nyaman Terpadu (Integrated Community Shelter) tersebar di Palu, Sigi, dan Donggala.
Jumlah bilik yang dibangun ACT bersama mitra, pendonor, dan dermawan yang tergabung dalam aksi kemanusiaan untuk pemulihan Sulteng, khususnya daerah terdampak bencana, terhitung hingga April 2019 telah dihuni 1.218 keluarga atau sekitar 3.654 jiwa. Satu bilik untuk satu keluarga.
Keterlibatan
Pihak ACT menyadari bahwa upaya memulihkan Sulawesi Tengah, khususnya daerah terdampak bencana, bukan perkara mudah, akan tetapi membutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menyatukan gerakan, persepsi, dan niat demi meringankan beban korban bencana.
Dalam catatan sementara ACT, terdapat kurang lebih 188 lembaga, instansi yang menjadi mitra ACT terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan korban bencana di Sulteng.
Lembaga kemitraan ACT itu, di antaranya Peace Wind Japan, APAD Korea, Petro China, Danone, Hayraat, TDV, Pocky,Line, IHH, Grab, PT SMI, TMMIN, Bank Permata, SKK Migas, Koica, kitabisa.com, Telkomsel, Muslim Volunteer Indonesia, Unilever.
Kepala Cabang ACT Sulawesi Tengah Nurmarjani Loulembah mengungkapkan bantuan untuk pemulihan ekonomi, sosial, aksesbilitas, tidak terlepas dari empati dan kerja sama para mitra serta dermawan.
Keterlibatan para dermawan membuat ACT dapat melaksanakan program-program kemanusiaan secara optimal. Bahkan, oleh karena kedermawanan mereka, ACT meraih kepercayaan dan penghargaan dari korban bencana dan pemerintah di daerah yang terdampak bencana.
“Terima kasih saya ucapkan kepada para dermawan ACT yang sampai saat ini masih terus bersama-sama kami. Apa yang telah diberikan melalui lembaga ini membantu kami dalam memaksimalkan kerja yang bermanfaat bagi masyarakat," katanya.
Pemulihan
Terdapat delapan jenis pemulihan pascabencana dilakukan ACT di daerah terdampak gempa, tsunami, dan likuefaksi, di Palu, Sigi, dan Donggala, yakni pembangunan ICS dan "family shelter" 1.194 bilik di 15 titik, pembangunan 39 kelas darurat di 12 sekolah.
Selain itu, pembangunan 10 masjid darurat, 82 unit MCK, 43 kelas di 13 sekolah, 11 sumur air bersih, sumur untuk irigasi penunjang pertanian 20 titik di dua desa di Sigi, tiga masjid permanen di tiga desa.
Sigi menjadi salah satu daerah terdampak, sekaligus daerah sasaran ACT untuk pemulihan kondisi pascabencana.
Bupati Sigi Mohammad Irwan Lapatta berterima kasih kepada ACT dan seluruh pihak yang telah membantu pemulihan pascagempa dan likuefaksi di daerah tersebut.
Hasil perhitungan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) Kabupaten Sigi, kerugian infrastruktur akibat bencana tersebut sekitar Rp11,1 triliun.
"Saya mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama membangun Kabupaten Sigi ke depannya agar dapat bersaing dengan daerah lainnya di Indonesia yang juga berdampak pada ekonomi masyarakat," katanya.
Upaya pemberdayaan warga juga dilakukan ACT melalui pemulihan kondisi ekonomi korban bencana di Kabupaten Sigi.
Guna membantu perekonomian keluarga, 40 ibu rumah tangga yang tinggal di kompleks ICS di Desa Langaleso, Kabupaten Sigi memulai usaha mereka dengan memproduksi bawang goreng. Mereka terdiri atas empat kelompok produksi.
Tim Pendamping ICS-ACT Sisi Nursam Labaso mengatakan usaha produksi bawang goreng bagi penyintas, menjadi salah satu program pemberdayaan ACT bagi ibu rumah tangga itu. Mereka diharapkan bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga.
Bahan baku usaha bawang goreng juga dibeli ACT dari korban bencana alam di Kabupaten Sigi, seperti di Desa Watunonju dan Soulowe, sedangkan hasil produksi mereka akan dipasarkan di semua daerah di Sulawesi Tengah, bahkan luar provinsi itu.
Hingga saat ini, sudah ada sejumlah pengepul yang akan membeli bawang goreng tersebut. Bahkan, para pengepul itu berasal dari Sumatera Utara, Bali, dan Jakarta. Bawang goreng produksi penyintas itu seharga Rp200.000 per kilogram.
Salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di ICS Langaleso, Zufni (58), mengapresiasi ACT yang terus bersama warga Sigi dalam pemulihan pascabencana.
Akibat bencana itu, perekonomian warga setempat disebutnya lesu, apalagi sawah di wilayah itu tidak bisa berproduksi.
"Kami sangat senang diberikan pekerjaan seperti ini yang dapat membantu ekonomi keluarga kami. Kami berharap kepada ACT agar program seperti ini terus jalan hingga kami bisa mandiri,” tutur dia.
Program pemulihan pascabencana oleh ACT juga berupa pemberdayaan bagi kelompok tani dan peternakan. Khusus pemberdayaan kelompok pertanian, ACT sedang membangun sumur yang tersebar di sejumlah wilayah di Sigi.
Penghargaan
Aksi Cepat Tanggap (ACT) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) internasional mendapat penghargaan dari Pemerintah Kabupaten Sigi atas bantuan kemanusiaan dalam penanggulangan korban bencana alam di daerah itu pada September 2018.
Bupati Sigi Mohamad Irwan Lapata mengatakan penghargaan kepada mereka itu sebagai bentuk apresiasi pemerintah daerah setempat atas program bantuan yang telah dilaksanakan dalam penanganan korban bencana alam, baik saat bencana hingga pascabencana.
Penyerahan penghargaan tersebut pada puncak peringatan Hari Ulang Tahun Ke-11 Kabupaten Sigi di Desa Pakuli Utara, Kecamatan Gumbasa.
Selain menyalurkan paket bantuan pangan, ACT juga membangun hunian sementara, masjid permanen, sekolah hingga pemulihan ekonomi masyarakat.
Di Kabupaten Sigi, ACT telah membangun lima ICS yang tersebar di Desa Sibalaya, Soulowe, Langaleso dan Lolu serta Desa Sidera.
Kepala Cabang ACT Sulawesi, Nurmarjani Loulembah mengatakan LSM tersebut membantu tercapainya program-program kemanusiaan secara optimal di daerah bencana.
Manfaat atas pelaksanaan berbagai program kemanusiaan tersebut diharapkan dapat dirasakan masyarakat sehingga upaya pemulihan daerah pascabencana semakin nyata hasilnya.
Kerja sama dengan berbagai mitra, termasuk dengan pemerintah, seperti halnya dilaksanakan ACT perlu terus diperkuat untuk memulihkan daerah di Sulteng itu pascabencana.