DPRD akan gelar RDP bahas masalah banjir terjadi berulang di Sigi
Sigi, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, akan menggelar rapat dengar pendapat (RDP) menghadirkan pihak-pihak terkait untuk membahas tentang masalah banjir bandang yang terjadi secara berulang-ulang.
"Iya, hearing atau RDP akan melibatkan semua komisi," ucap anggota Komisi III Bidang Infrastruktur dan Pembangunan DPRD Sigi, Abdul Rahman, di Sigi, Selasa.
Rahman menyatakan RDP itu penting dilakukan agar ada kesepahaman antara DPRD dan eksekutif Pemkab Sigi, sehingga dapat terbangun satu gerakan bersama untuk mencegah bencana banjir.
Selain itu, RDP itu dimaksudkan untuk ada fokus penataan, perbaikan lingkungan/hutan dan alam, sebagai langkah mencegah dan minimalisir dampak dari risiko bencana.
Baca juga: DPRD Sulteng menilai perlu pelestarian DAS di Sigi cegah banjir
Karena itu ia menegaskan, RDP bukan untuk mencari kesalahan atau menyalahkan satu pihak tertentu, melainkan bermusyawarah mencari solusi yang terbaik bagi daerah dan masyarakat.
"Kita semua tentu tidak menginginkan bencana serupa, banjir bandang dan longsor terjadi secara berulang-ulang, karena itu kita perlu menyatukan persepsi, menyatukan gerakan untuk bersama-sama mencegah bencana itu," sebutnya.
Dirinya menyebut bahwa peningkatan kualitas lingkungan/alam dan hutan sedianya harus menjadi skala prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan di Sigi, demi keberlangsungan hidup manusia.
Hal itu karena, telah terjadi penurunan kualitas hutan/alam dan lingkungan, serta penurunan kualitas daerah aliran sungai (DAS) yang kemudian berkontribusi besar terhadap terjadinya bencana banjir.
"Tidak bisa di pungkiri bahwa telah terjadi kerusakan ekologis, lingkungan, hutan yang berkontribusi besar terjadinya bencana banjir dan longsor," sebut Rahman yang merupakan anggota Fraksi NasDem di DPRD Sigi.
Rahman menambahkan, salah satu upaya yang perlu dilaksanakan saat ini dan masa akan datang yakni penghijauan secara besar-besaran di Sigi.
Pemerintah Kabupaten Sigi telah melakukan upaya pelestarian lingkungan lewat program Sigi Hijau yang digagas oleh Bupati Mohammad Irwan Lapatta.
Kata Mohammad Irwan Lapatta, lewat program Sigi Hijau setiap desa ditanami 5.000 pohon yang tidak hanya berfungsi secara ekologis, tetapi juga berdampak ekonomis.
Baca juga: Pemkab Sigi diminta beri perhatian khusus daerah rawan bencana
Sebelumnya Koordinator Analisa dan Pengolahan Data Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu, Affan Nugraha Diharsya mengemukakan umumnya cuaca di Palu, Sigi dan Donggala pada waktu pagi hingga siang masih bersahabat atau cerah berawan. Namun, sore dan malam ada potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat untuk tiga daerah tersebut.
Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu menganalisis hujan yang terjadi disebabkan laut dalam kondisi dingin. Laut berkontribusi besar membentuk awan hujan yang menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu memberikan gambaran bahwa jika terdeteksi berpotensi terjadi banjir di musim hujan tahun 2019, maka Stasiun Meteorologi memperkirakan banjir yang terjadi merupakan siklus pengulangan.
Siklus pengulangan, menurut Stasiun Meteorologi perlu diwaspadai, karena berpotensi merusak. Potensi terjadinya siklus pengulangan yaitu pada November atau Desember untuk daerah yang mengikuti pola iklim monsunal di Sulteng.
Daerah-daerah yang mengikuti pola iklim monsunal meliputi Donggala, Tolitoli, Buol, Morowali, Morowali Utara, Poso, dan Sigi. Sedangkan Palu merupakan dampak dari monsunal atau pola iklim normal.
"Karena itu Stasiun Meteorologi menghimbau waspada terhadap siklus banjir tahunan di musim hujan tahun 2019, karena terindikasi ada potensi banjir lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Tidak hanya hujan, Stasiun Meteorologi melaporkan bahwa tiga daerah terdampak hujan juga berpotensi disertai angin kencang dan petir.
"Hujan dengan intensitas sedang dan lebat berpotensi disertai dengan angin kencang dan petir," katanya
Baca juga: Tim kemanusiaan NasDem Sulteng bantu tangani dampak banjir di Kulawi-Sigi
"Iya, hearing atau RDP akan melibatkan semua komisi," ucap anggota Komisi III Bidang Infrastruktur dan Pembangunan DPRD Sigi, Abdul Rahman, di Sigi, Selasa.
Rahman menyatakan RDP itu penting dilakukan agar ada kesepahaman antara DPRD dan eksekutif Pemkab Sigi, sehingga dapat terbangun satu gerakan bersama untuk mencegah bencana banjir.
Selain itu, RDP itu dimaksudkan untuk ada fokus penataan, perbaikan lingkungan/hutan dan alam, sebagai langkah mencegah dan minimalisir dampak dari risiko bencana.
Baca juga: DPRD Sulteng menilai perlu pelestarian DAS di Sigi cegah banjir
Karena itu ia menegaskan, RDP bukan untuk mencari kesalahan atau menyalahkan satu pihak tertentu, melainkan bermusyawarah mencari solusi yang terbaik bagi daerah dan masyarakat.
"Kita semua tentu tidak menginginkan bencana serupa, banjir bandang dan longsor terjadi secara berulang-ulang, karena itu kita perlu menyatukan persepsi, menyatukan gerakan untuk bersama-sama mencegah bencana itu," sebutnya.
Dirinya menyebut bahwa peningkatan kualitas lingkungan/alam dan hutan sedianya harus menjadi skala prioritas dalam penyelenggaraan pembangunan di Sigi, demi keberlangsungan hidup manusia.
Hal itu karena, telah terjadi penurunan kualitas hutan/alam dan lingkungan, serta penurunan kualitas daerah aliran sungai (DAS) yang kemudian berkontribusi besar terhadap terjadinya bencana banjir.
"Tidak bisa di pungkiri bahwa telah terjadi kerusakan ekologis, lingkungan, hutan yang berkontribusi besar terjadinya bencana banjir dan longsor," sebut Rahman yang merupakan anggota Fraksi NasDem di DPRD Sigi.
Rahman menambahkan, salah satu upaya yang perlu dilaksanakan saat ini dan masa akan datang yakni penghijauan secara besar-besaran di Sigi.
Pemerintah Kabupaten Sigi telah melakukan upaya pelestarian lingkungan lewat program Sigi Hijau yang digagas oleh Bupati Mohammad Irwan Lapatta.
Kata Mohammad Irwan Lapatta, lewat program Sigi Hijau setiap desa ditanami 5.000 pohon yang tidak hanya berfungsi secara ekologis, tetapi juga berdampak ekonomis.
Baca juga: Pemkab Sigi diminta beri perhatian khusus daerah rawan bencana
Sebelumnya Koordinator Analisa dan Pengolahan Data Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu, Affan Nugraha Diharsya mengemukakan umumnya cuaca di Palu, Sigi dan Donggala pada waktu pagi hingga siang masih bersahabat atau cerah berawan. Namun, sore dan malam ada potensi hujan dengan intensitas sedang dan lebat untuk tiga daerah tersebut.
Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu menganalisis hujan yang terjadi disebabkan laut dalam kondisi dingin. Laut berkontribusi besar membentuk awan hujan yang menghasilkan hujan.
Stasiun Meteorologi Mutiara Sis Aljufri Palu memberikan gambaran bahwa jika terdeteksi berpotensi terjadi banjir di musim hujan tahun 2019, maka Stasiun Meteorologi memperkirakan banjir yang terjadi merupakan siklus pengulangan.
Siklus pengulangan, menurut Stasiun Meteorologi perlu diwaspadai, karena berpotensi merusak. Potensi terjadinya siklus pengulangan yaitu pada November atau Desember untuk daerah yang mengikuti pola iklim monsunal di Sulteng.
Daerah-daerah yang mengikuti pola iklim monsunal meliputi Donggala, Tolitoli, Buol, Morowali, Morowali Utara, Poso, dan Sigi. Sedangkan Palu merupakan dampak dari monsunal atau pola iklim normal.
"Karena itu Stasiun Meteorologi menghimbau waspada terhadap siklus banjir tahunan di musim hujan tahun 2019, karena terindikasi ada potensi banjir lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya," katanya.
Tidak hanya hujan, Stasiun Meteorologi melaporkan bahwa tiga daerah terdampak hujan juga berpotensi disertai angin kencang dan petir.
"Hujan dengan intensitas sedang dan lebat berpotensi disertai dengan angin kencang dan petir," katanya
Baca juga: Tim kemanusiaan NasDem Sulteng bantu tangani dampak banjir di Kulawi-Sigi