Surabaya (antarasulteng.com) - Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika ITS Surabaya Muhammad Rizky Habibi menciptakan software (perangkat lunak) yang disebut TREACT (treatment and education of autism with kinect and proton technology) untuk terapi pembelajaran bagi penderita autis.
"Jadi, teknologinya ada dua yakni proton dan kinect, kalau proton buatan kami, sedangkan kinect
itu beli, tapi penderita autis akan lebih cepat berhasil dalam
pembelajaran, bahkan tiga kali lebih cepat dari terapi manual," katanya
di sela-sela penyambutan Tim Mahasiswa ITS Pemenang Gemastik VI-2013
kepada Antara di Rektorat ITS Surabaya, Jumat.
Dalam Gemastik VI-2013 di ITB Bandung pada 4-9 Oktober 2013 itu,
ITS meraih juara kedua dengan dua medali emas, satu perak, dan enam
perunggu, sedangkan juara pertama diraih Universitas Indonesia dengan
dua medali emas dan empat perak, lalu ITB pada posisi ketiga dengan dua
medali emas, satu perak, dan satu perunggu.
Didampingi dua rekannya, yakni Nurul Wakhidatul Ummah dan Mentary
Queen Glossyta, ia mengatakan teknologi proton merupakan teknologi
pembelajaran tahap awal yakni pencet dan mengenal angka, huruf, atau
benda.
"Caranya, proton terhubung dengan komputer lewat USB (Universal
Serial Bus), sehingga kalau penderita autis diminta memencet huruf A
pada proton, maka layar komputer akan menyuarakan bunyi bahwa Anda
benar," tutur Rizky Habibi yang masih semester 5 itu.
Menurut dia, teknologi proton itu sudah diujicobakan pada dua penderita autis asal Surabaya yakni Fatir dan Dika
"Hasilnya,
tiga materi bisa dikuasai dalam sehari, jadi proses pembelajaran
mengalami percepatan hingga tiga kali lipat," ungkapnya.
Sementara itu, teknologi kinect merupakan alat rekam gerak dan
suara yang dapat dibeli pada tokoh-toko alat elektronik dengan harga
Rp1,2 juta.
"Teknologi kinect yang terhubung ke komputer akan
mengajarkan anak untuk menirukan gerakan dalam komputer dari jarak 2
meter, lalu gerakan direkam kinect," ucapnya.
Bila gerakan yang diperintahkan dalam komputer itu sama dengan
gerakan yang direkam teknologi kinect, maka komputer akan mengucapkan
terima kasih dan juga menampilkan acungan jempol dari orang tua si
penderita autis.
"Hal itu akan memotivasi dirinya," katanya.
Hingga kini, dirinya sudah menerima pesanan dari sejumlah orang tua
dari penderita autis untuk merancang teknologi proton dan kinect bagi
anaknya.
"Kalau proton, harganya hanya Rp300 ribu, sehingga empat kali lebih murah dari kinect," katanya.(skd)
Mahasiswa ITS Ciptakan "Software" Pembelajaran Penderita Autis
Hasilnya, tiga materi bisa dikuasai dalam sehari, jadi proses pembelajaran mengalami percepatan hingga tiga kali lipat