Komunitas sejarah di Palu pamerkan ratusan foto masa kolonial

id Pameran foto, araip sejarah,Komunitas sejarah, Sulteng, hut ri

Komunitas sejarah di Palu pamerkan ratusan foto masa kolonial

Pengunjung sedang melihat arsip foto-foto sejarah pada pagelaran pameran foto lawas yang berlangsung di Gedung Juang oleh Komunitas Sejarah Budaya Central Sulawesi Kota Palu, Selasa (18/8/2020). ANTARA/Moh Ridwan

Sebetulnya kami memiliki banyak koleksi arsip sejarah, utamanya foto. Karena kondisi lokasi yang terbatas, maka kami hanya memamerkan sebagian
Palu (ANTARA) - Komunitas Sejarah Budaya Central Sulawesi di Kota Palu, Sulawesi Tengah memamerkan sekitar 360 foto arsip sejarah di masa kolonial Belanda sebagai rangkaian peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia.

"Kami sekedar merefleksi sejarah lewat arsip foto. Sebagai negara besar tentunya kita menghargai sejarah bangsa ini," kata Ketua panitia penyelenggara pameran foto lawas Nasrun Patilima, di Palu, Selasa.

Baca juga: Pemprov Sulteng : publik butuh informasi benar terkait sejarah

Dia menjelaskan, foto-foto tempo dulu yang dipamerkan mulai dari tahun 1820 hingga 1965 yang menggambarkan aktivitas sosial masyarakat Sulteng dan sejumlah daerah di Pulau Sulawesi kala itu.

Bahkan, ada pula arsip foto Presiden Republik Indonesia Ir Soekarno saat menginjakkan kakinya pertama kali di Bandara Tanah Masovu atau saat ini bernama Bandara Mutiara Sis-Aljufri Palu pada tahun 1965.

Baca juga: PFI Palu dan LKBN Antara buka pameran foto Sulteng bangkit pascabencana

"Arsip-arsip ini kami peroleh dari museum digital Belanda. Lewat pameran ini juga sebagai edukasi bagi masyarakat," ucap Nasrun.

Pameran itu bertempat di Gedung Juang Palu berlangsung selama tiga hari sejak 16-18 Agustus 2020 dibuka untuk masyarakat umum, mengusung konsep historis daerah dari masa penjajahan hingga negara ini merdeka.

"Sebetulnya kami memiliki banyak koleksi arsip sejarah, utamanya foto. Karena kondisi lokasi yang terbatas, maka kami hanya memamerkan sebagian," ujarnya.

Dia menambahkan, selain memamerkan foto, komunitas itu juga memamerkan sejumlah barang antik dan pusaka berumur ratusan tahun peninggalan masa kerajaan tempo dulu, diantaranya 'guma' atau parang, pisau, keris dan tombak sebagai senjata yang kala itu digunakan untuk berperang.

Termasuk 'sambulu' atau penganan yang disajikan saat pertemuan pembesar-pembesar kerajaan maupun masyarakat umum.

Dari gelaran pameran itu, katanya, banyak saran dan masukkan pengunjung, seperti waktu penyelenggaraan yang singkat, kemudian penataan foto yang perlu diurutkan.

"Alhamdulillah kegiatan ini juga mendapat dukungan dan apresiasi pemerintah Kota Palu, bahkan kami diminta untuk membuat kegiatan skala besar," demikian Nasrun.*