Palu, (antarasulteng.com) - Dinas Perhubungan Palu mencatat jumlah angkutan kota di ibukota Sulawesi Tengah itu 500 unit.
"Dari 500 unit angkot sekitar 10 persen yang masih layak beroperasi mengangkut penumpang," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Palu, Ajengkris, Rabu.
Ia mengatakan jujur sebagian besar angkot di Palu sebenarnya sudah tidak laik jalan.
Masih beroperasinya angkot yang sudah tidak laik jalan karena tuntutan ekonomi. Selain itu karena memang medan jalan yang ada di Palu pada umumnya datar.
Selain itu warga yang menggunakan jasa angkot semakin berkurang karena banyaknya kendaraan roda dua yang kini dijadikan pemiliknya sebagai motor ojek.
Kebanyakan warga lebih baik menggunakan jasa motor ojek ke sekolah, kampus, kerja atau pasar.
Praktis mereka yang menggunakan jasa angkot sekarang ini kebanyakan ibu rumah tangga yang pergi ke pasar membeli berbagai keperluan rumah tangga.
Mereka naik angkot karena banyak membawa barang-barang belanjaan di pasar.
Sementara pelajar, mahasiswa, pegawai negeri dan swasta kebanyakan jika tidak ada kendaraan pribadi, mereka lebih suka naik sepeda motor ojek.
Sewa ojek dalam jarak dekat hanya Rp5.000 per orang. Naik angkot Rp4.500 per orang atau hanya selesih Rp500 per orang. Jarak jauh tetapi masih dalam Kota Palu Rp10.000 per orang.
Johan,salah seorang sopir angkot di Palu membenarkan semakin sulit mendapatkan penumpang karena semakin banyak motor ojek.
Pendapatan angkot sehari sekarang ini sudah besar Rp50 ribu. Dahulu hisa sampai Rp200 ribu sehari.
Makanya, kalau mengisi bahan bakar minyak (BBM) biasanya paling banyak 5 liter sehari.
Menanggapi rencana pemerintah menaikan harga BBM bersubsidi, Johan mengatakan mau bilang apa. "Kalau itu sudah menjadi keputusan pemerintah, kami (masyarakat) paling mengikuti saja," katanya.
Yang pasti memang dampak yang akan dirasakan masyarakat cukup besar karena harga barang, termasuk kebutuhan sehari-hari akan naik."Tarif angkotpun dipastikan naik karena disesuaikan," katanya.(skd)
