Jakarta (ANTARA) - Mereka dengan kondisi diabetes wajib mengatur pola makannya yakni mencakup jumlah dan jenis hidangan yang disantap agar kadar gula darahnya stabil dan tak berujung munculnya komplikasi seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal hingga infeksi kaki yang berat.
Ketua Umum Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), Prof. Dr. dr. Ketut Suastika mengatakan ada rumus khusus yang didasarkan pada berat badan masing-masing orang untuk mengetahui jumlah asupan nutrisi tepat dan ini biasanya memerlukan konsultasi dengan ahli nutrisi.
"Jumlah itu ada hitung-hitungan dengan berat badan ideal, ada beberapa rumus sederhana. Kita hitung dulu kalorinya. Orang yang biasa aktivitasnya tidak terlalu tinggi, kita berikan jumlah kalori bisa 25-30 kalori per kilogram berat badan. Idealnya hitung dulu,” kata dia di sela acara virtual bertema diabetes, Selasa.
Namun secara umum, dari aspek jenis yakni makronutrien seperti karbohidrat, lemak dan protein tetap harus masuk dalam menu makanan mereka, misalnya asupan karbohidrat 50 persen, protein 20 persen dan lemak 30 persen.
Dari sisi jenis, asupan karbohidrat misalnya, bisa berasal dari nasi, kentang atau umbi-umbian dan mi, lalu lemak diusahakan yang banyak mengandung omega-3, bukan lemak jenuh dan dari hewan melainkan tumbuhan, sementara protein bisa berasal dari daging-dagingan, ikan atau kacang-kacangan.
"Ditambah camilan sehat boleh saja, tergantung kebiasaan individu. Prinsip dasarnya, jumlahnya diatur, kemudian jadwalnya kapan mau makan lalu jenis makanannya," ujar Prof. Suastika.
Menurut laman Mayo Clinic, khusus untuk karbohidrat, pilihlah yang terurai dalam tubuh secara perlahan dan memberikan energi yang stabil misalnya biji-bijian, sayuran serta buah-buahan segar.
Hal senada juga diungkapkan pakar penyakit dalam yang pernah menjabat sebagai Executive Board Member, IDF Western Pasific Region, Prof. Dr. dr. Sidartawan Soegondo. Dia menekankan, aturan pola makan memang sangat individual namun tak berarti penyandang diabetes harus pantang mengonsumsi makanan tertentu semisal buah manis seperti durian.
Menurut dia, buah durian dan buah manis lainnya tetap bisa penyandang diabetes konsumsi, asalkan jumlahnya tidak banyak.
"Semakin manis buah kalau dikonsumsi berlebihan, semakin naik gulanya seperti durian (dari segi kalori tinggi), harus dikosumsi terbatas. Bukan tidak boleh sama sekali makan nasi, nanti dari mana sumber energinya. Juga harus ada lemak, protein. Durian yang kecil dan sedikit boleh. Semua makanan boleh tapi (untuk penyandang diabetes) lebih sedikit (porsinya, sementara orang sehat bisa lebih banyak),” kata dia.
Di sisi lain, menurut Prof. Sidar, aturan yang membatasi jumlah dan jenis makanan ini bukan berarti pihak keluarga harus menyiapkan santapan khusus di meja makan. Penyandang diabetes tetap bisa mengonsumsi makanan keluarga namun ingatlah porsinya harus sesuai ketentuan dan kebutuhan (sesuai perhitungan ahli nutrisi).
Selain pola makan, periksa kadar gula darah berkala, dan tetap aktif berolahraga juga perlu dilakukan. Di masa pandemi COVID-19 sekalipun, masih banyak pilihan olahraga yang aman semisal bersepeda statis di rumah atau berjalan cepat, lari di luar rumah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan termasuk tidak berkerumun dan mengenakan masker.
"Telaten atur makan, telaten atur kegiatan dan capailah kadar gula darah sesuai target, jangan sampai terjadi komplikasi,” demikian pesan Prof. Sidar.