Menko PMK kenang saat menggantungkan hidup sebagai wartawan
Saya menjadi wartawan akhir tahun 70-an, ketika saya selesai sarjana muda. Untuk masuk ke doktoral (sebutan S1 atau sarjana penuh saat itu) saya sudah tidak lagi minta biaya dari orang tua. Hidup saya tergantung dengan dunia wartawan
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengenang situasi saat menggantungkan hidup pada profesi wartawan yang turut membentuk karakter dirinya saat ini.
"Saya menjadi wartawan akhir tahun 70-an, ketika saya selesai sarjana muda. Untuk masuk ke doktoral (sebutan S1 atau sarjana penuh saat itu) saya sudah tidak lagi minta biaya dari orang tua. Hidup saya tergantung dengan dunia wartawan," tutur Muhadjir dalam siaran pers saat menyampaikan sambutan dalam acara Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) di Perpustakaan Nasional, Jumat.
Pengalaman sebagai wartawan bagi Muhadjir sangat berharga. Karenanya, ia begitu berterima kasih terhadap dunia jurnalistik yang membantu membangun karakter dirinya saat ini.
"Karena itu, saya harus berterima kasih betul pada dunia wartawan. Karena saya besar dari dunia wartawan dan (dunia wartawan) punya andil besar dalam membentuk diri saya," katanya.
Muhadjir menceritakan kisah seorang tukang cetak yang dianggap memiliki jasa saat dirinya berprofesi sebagai fotografer majalah mingguan di Jawa Timur.
Sosok yang dimaksud bernama Pak Sarjib, penyedia jasa afdruk foto atau tukang cetak foto yang khusus melayani wartawan kala itu.
"Saya punya pengalaman macam-macam terkait dengan foto berita ini. Suka dukanya banyak, dan kalau boleh saya sebut orang yang paling berjasa adalah Pak Sarjib," ujarnya.
Sarjib tinggalnya di sebelah timur Kantor Kabupaten Malang. "Dia itu bisa diketok (diganggu) kapan saja. Jam 2 malam, dia akan buka untuk melayani saya dan teman-teman untuk mencetak foto. Saya sangat berterima kasih," katanya.
Saat menjadi wartawan, banyak tantangan yang dihadapi Muhadjir. Banyak suka dan duka yang dialaminya, seperti mencari berita liputan dan foto yang orisinal, dan mengejar tenggat waktu penayangan berita.
Bagi Muhadjir, foto dalam dunia jurnalistik adalah suatu karya yang luar biasa. Sejak zaman dulu foto sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam berita, dan foto bisa menceritakan berbagai hal.
Karenanya, dia berpesan kepada wartawan foto di era kemajuan teknologi dan digitalisasi saat ini untuk terus menjaga orisinalitas karya dan tetap menjaga integritas.
"Ini tantangan betul bagi rekan-rekan wartawan foto dengan semakin majunya teknologi, termasuk untuk pengambilan berita foto," pesannya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga berpesan kepada seluruh wartawan foto untuk terus berkarya dan ikut memajukan bangsa dengan karya.
"Teruslah berkarya untuk kepentingan kemanusiaan. Berkarya untuk memajukan bangsa. Dengan niat ibadah, apapun agamanya, insya Allah kalau kita niati kerjaan kita sebagai panggilan suci itu akan menjadi ibadah buat kita," katanya.
Dalam kesempatan itu turut hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menko PMK juga menyerahkan trofi kepada pemenang foto terbaik dalam Anugerah Pewarta Foto Indonesia tahun 2021.
"Saya menjadi wartawan akhir tahun 70-an, ketika saya selesai sarjana muda. Untuk masuk ke doktoral (sebutan S1 atau sarjana penuh saat itu) saya sudah tidak lagi minta biaya dari orang tua. Hidup saya tergantung dengan dunia wartawan," tutur Muhadjir dalam siaran pers saat menyampaikan sambutan dalam acara Anugerah Pewarta Foto Indonesia (APFI) di Perpustakaan Nasional, Jumat.
Pengalaman sebagai wartawan bagi Muhadjir sangat berharga. Karenanya, ia begitu berterima kasih terhadap dunia jurnalistik yang membantu membangun karakter dirinya saat ini.
"Karena itu, saya harus berterima kasih betul pada dunia wartawan. Karena saya besar dari dunia wartawan dan (dunia wartawan) punya andil besar dalam membentuk diri saya," katanya.
Muhadjir menceritakan kisah seorang tukang cetak yang dianggap memiliki jasa saat dirinya berprofesi sebagai fotografer majalah mingguan di Jawa Timur.
Sosok yang dimaksud bernama Pak Sarjib, penyedia jasa afdruk foto atau tukang cetak foto yang khusus melayani wartawan kala itu.
"Saya punya pengalaman macam-macam terkait dengan foto berita ini. Suka dukanya banyak, dan kalau boleh saya sebut orang yang paling berjasa adalah Pak Sarjib," ujarnya.
Sarjib tinggalnya di sebelah timur Kantor Kabupaten Malang. "Dia itu bisa diketok (diganggu) kapan saja. Jam 2 malam, dia akan buka untuk melayani saya dan teman-teman untuk mencetak foto. Saya sangat berterima kasih," katanya.
Saat menjadi wartawan, banyak tantangan yang dihadapi Muhadjir. Banyak suka dan duka yang dialaminya, seperti mencari berita liputan dan foto yang orisinal, dan mengejar tenggat waktu penayangan berita.
Bagi Muhadjir, foto dalam dunia jurnalistik adalah suatu karya yang luar biasa. Sejak zaman dulu foto sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam berita, dan foto bisa menceritakan berbagai hal.
Karenanya, dia berpesan kepada wartawan foto di era kemajuan teknologi dan digitalisasi saat ini untuk terus menjaga orisinalitas karya dan tetap menjaga integritas.
"Ini tantangan betul bagi rekan-rekan wartawan foto dengan semakin majunya teknologi, termasuk untuk pengambilan berita foto," pesannya.
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini juga berpesan kepada seluruh wartawan foto untuk terus berkarya dan ikut memajukan bangsa dengan karya.
"Teruslah berkarya untuk kepentingan kemanusiaan. Berkarya untuk memajukan bangsa. Dengan niat ibadah, apapun agamanya, insya Allah kalau kita niati kerjaan kita sebagai panggilan suci itu akan menjadi ibadah buat kita," katanya.
Dalam kesempatan itu turut hadir Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. Menko PMK juga menyerahkan trofi kepada pemenang foto terbaik dalam Anugerah Pewarta Foto Indonesia tahun 2021.