Tunanetra di Medan tadarus Quran peringati Tahun Baru 1443 H

id 1 Muharram 1443 Hijriah,Tahun Baru Islam 2021,COVID-19,Pertuni Sumut,Berita Sumut

Tunanetra di Medan tadarus Quran peringati Tahun Baru 1443 H

Puluhan warga penyandang tunanetra di Kota Medan, Sumatera Utara, giat membaca Al Quran selama masa pandemi COVID-19 dengan mematuhi protokol kesehatan, khususnya saat peringatan Tahun Baru Islam atau 1 Muharram 1443 Hijriah.  (ANTARA/Donny Aditra)

Medan (ANTARA) - Puluhan warga penyandang tunanetra di Kota Medan, Sumatera Utara, giat membaca Al Quran selama masa pandemi COVID-19 dengan mematuhi protokol kesehatan, khususnya saat peringatan Tahun Baru 1443 Hijriah.
 


"Kegiatan mengaji ini juga merupakan cara memperingati Tahun Baru Islam 1443 Hijriah," kata Sekretaris Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Sumut, Mardizon Tanjung di Medan, Rabu.

 

Ia menyebut selama masa pandemi COVID-19, pihaknya telah menyesuaikan diri untuk melakukan kegiatan membaca ataupun belajar Al Quran bagi warga tunanetra dengan membagi anggota menjadi berkelompok per harinya.

 

Setiap kelompok maksimal diikuti dua puluhan orang yang terdiri dari jamaah laki-laki maupun perempuan.

 

"Setiap anggota distimulasi untuk membaca 1 juz Al Quran per hari, sehingga juga bisa melakukannya di rumah masing-masing," ujarnya.

 

Ia mengatakan hingga saat ini anggota Pertuni Sumatera Utara sebanyak 180 orang yang sudah fasih membaca Al Quran Braille.

 

"Kita berharap dengan Tahun Baru Islam ini, para tunanetra leih baik dan giat lagi membaca Al Quran. Para donatur juga diharapkan lebih peduli dengan warga tunanetra," katanya.

 

Menurutnya, dengan adanya kegiatan itu para warga tunanetra yang ada di Medan dapat mengisi waktu luang yang cukup bermanfaat di tengah pandemi COVID-19.

 

"Selain itu membaca Al Quran bersama merupakan momentum yang dinilai tepat untuk menyambut masuknya tahun baru Islam 1443 hijriah di tengah pandemi saat ini," ujarnya.

 

Sementara Rednita Rahma, salah seorang yang ikut mengaji Al Quran Braille mengaku bersemangat mengikuti kegiatan tersebut.

 

Menurutnya, hambatan fisik yang ada tidak menjadi penghalang untuk mengikuti kegiatan tadarusan, sehingga tidak ada alasan untuk tidak mendekatkan diri kepada yang maha kuasa.

 

"Pembaca Al Quran Braille yang pertama tentu ada niat untuk belajar dan ada semangat untuk pandai. Kalau dua hal itu sudah kita miliki, akan menjadi motiovasi yang sangat mendukung bagi kita bisa membaca dengan cepat dan lancar. Saya dalam satu bulan bisa, mulai dari awal," ujarnya.