Pemkab Buol terapkan metode inseminasi buatan genjot kualitas sapi
Buol, Sulawesi Tengah (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Buol, Sulawesi Tengah menerapkan metode inseminasi buatan untuk mendorong budidaya dan menggenjot kualitas sapi dari aspek kuantitas.
"Masyarakat bisa belajar caranya melakukan kawin silang sapi betina dari jenis lain, dan sapi jantan jenis lain, menghasilkan anak sapi yang berkualitas tinggi," ujar Bupati Buol Amirudin Rauf, di Buol, Senin.
Saat ini, metode inseminasi buatan atau kawin silang antara sapi lokal dengan sapi ongole dan sapi limousin dilakukan oleh Pemkab Buol pada mini ranch setempat.
Ia mengharapkan melalui metode tersebut yang digabungkan dengan transfer embrio pada ternak bisa meningkatkan populasi sapi hingga mencapai 50.000 ekor pada 2022.
"Kita akan lakukan dua rekayasa biologis itu, inseminasi buatan dan transfer embrio. Untuk itu kita perlu mengadakan alat USG bagi sapi, agar kita mengetahui perkembangan kehamilan dan kualitasnya. Untuk maksimalkan program ini," sebut Bupati.
Sebelumnya, pengembangan di mini ranch sudah menghasilkan inseminasi buatan antara sapi limousin dan sapi brahma, begitu juga antara sapi PO dan dengan Sapi Bali.
"Mini ranch ini juga didukung dengan ketersediaan tenaga ahli di bidang Arsitek Reproduksi Teknik (ATR)," ujarnya.
Dengan upaya ini, Pemkab Buol menargetkan jadi daerah penyuplai logistik khususnya daging sapi ke daerah-daerah lainnya di kawasan timur Indonesia, dan penyangga logistik bagi Kalimantan Timur jika Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan.
"Hal ini menjadi satu upaya membangun ekonomi daerah dan masyarakat yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakatnya," ungkap Bupati.
"Masyarakat bisa belajar caranya melakukan kawin silang sapi betina dari jenis lain, dan sapi jantan jenis lain, menghasilkan anak sapi yang berkualitas tinggi," ujar Bupati Buol Amirudin Rauf, di Buol, Senin.
Saat ini, metode inseminasi buatan atau kawin silang antara sapi lokal dengan sapi ongole dan sapi limousin dilakukan oleh Pemkab Buol pada mini ranch setempat.
Ia mengharapkan melalui metode tersebut yang digabungkan dengan transfer embrio pada ternak bisa meningkatkan populasi sapi hingga mencapai 50.000 ekor pada 2022.
"Kita akan lakukan dua rekayasa biologis itu, inseminasi buatan dan transfer embrio. Untuk itu kita perlu mengadakan alat USG bagi sapi, agar kita mengetahui perkembangan kehamilan dan kualitasnya. Untuk maksimalkan program ini," sebut Bupati.
Sebelumnya, pengembangan di mini ranch sudah menghasilkan inseminasi buatan antara sapi limousin dan sapi brahma, begitu juga antara sapi PO dan dengan Sapi Bali.
"Mini ranch ini juga didukung dengan ketersediaan tenaga ahli di bidang Arsitek Reproduksi Teknik (ATR)," ujarnya.
Dengan upaya ini, Pemkab Buol menargetkan jadi daerah penyuplai logistik khususnya daging sapi ke daerah-daerah lainnya di kawasan timur Indonesia, dan penyangga logistik bagi Kalimantan Timur jika Ibu Kota Negara pindah ke Kalimantan.
"Hal ini menjadi satu upaya membangun ekonomi daerah dan masyarakat yang memberikan dampak langsung terhadap masyarakatnya," ungkap Bupati.