Pemerintah libatkan arkeolog lestarikan cagar budaya di Banggai
Banggai (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah berencana melibatkan arkeolog untuk melestarikan cagar budaya di wilayah tersebut.
"Saat ini benda-benda peninggalan sejarah masih banyak ditemukan di sejumlah wilayah di Kabupaten Banggai," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Syafrudin Hinelo dihubungi di Banggai, Senin.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai saat ini melakukan pendataan benda-benda peninggalan sejarah.
Para ahli arkeologi akan membantu pemerintah untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan cagar budaya serta benda-benda peninggalan sejarah tersebut.
"Perawatan dan pembersihan secara rutin nanti dilakukan oleh para petugas yang berkompeten," tuturnya.
Ia mengatakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Banggai adalah Jembatan Lobu, peninggalan zaman penjajahan Belanda yang hingga saat ini masih kokoh.
Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Lobu dan Kecamatan Bunta itu dibangun dari kayu pada tahun 1940.
"Pada ahli arkeologi membantu dalam memberikan edukasi kepada kelompok masyarakat juga. Tujuannya agar dinas tidak salah dalam melakukan pemeliharaan situs-situs sejarah ini," katanya.
"Saat ini benda-benda peninggalan sejarah masih banyak ditemukan di sejumlah wilayah di Kabupaten Banggai," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai Syafrudin Hinelo dihubungi di Banggai, Senin.
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Banggai saat ini melakukan pendataan benda-benda peninggalan sejarah.
Para ahli arkeologi akan membantu pemerintah untuk melakukan pemeliharaan dan perawatan cagar budaya serta benda-benda peninggalan sejarah tersebut.
"Perawatan dan pembersihan secara rutin nanti dilakukan oleh para petugas yang berkompeten," tuturnya.
Ia mengatakan salah satu cagar budaya di Kabupaten Banggai adalah Jembatan Lobu, peninggalan zaman penjajahan Belanda yang hingga saat ini masih kokoh.
Jembatan yang menghubungkan Kecamatan Lobu dan Kecamatan Bunta itu dibangun dari kayu pada tahun 1940.
"Pada ahli arkeologi membantu dalam memberikan edukasi kepada kelompok masyarakat juga. Tujuannya agar dinas tidak salah dalam melakukan pemeliharaan situs-situs sejarah ini," katanya.