Palu (ANTARA) -
"Kemarau basah masih berlangsung pada Juni hingga Juli mendatang," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim yang dihubungi di Palu, Selasa.
Ia mengemukakan berdasarkan prakiraan cuaca, ketujuh daerah berstatus waspada tersebut, yakni Kabupaten Donggala, Tolitoli, Banggai, Sigi, Tojo Una-una, dan Morowali Utara.
Guna mengantisipasi dampak yang ditimbulkan, lanjutnya, masyarakat harus meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi hidrometeorologi."Jangan sampai berlebihan, dalam artian jangan sampai mempengaruhi psikologis, karena bisa membahayakan diri sendiri," ujar Alim.
Menurut BMKG, kemarau basah fenomena lumrah terjadi di Sulteng, hanya saja terkadang diikuti dengan dampak yang ditimbulkan pada daerah rawan longsor dan banjir, salah satunya adalah Kabupaten Sigi. Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, daerah tersebut mengalami banjir bandang diakibatkan faktor lingkungan.
"Di Kecamatan Dolo Selatan dan Kecamatan Kulawi, Kabupaten Sigi memiliki riwayat banjir bandang dan tanah longsor. Oleh karena itu, warga di daerah yang rawan bencana hidrometeorologi perlu meningkatkan mitigasi secara mandiri agar tidak menimbulkan korban jiwa," tutur Alim.
Ia mengimbau warga untuk memanfaatkan informasi prakiraan cuaca yang dirilis BMKG supaya selalu terpantau dan tidak termakan informasi bohong yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Informasi peringatan dini cuaca selalu diperbaharui untuk jangka waktu tiga hari, tujuh hari hingga sebulan ke depan."Bagi pengguna jalan yang sering melintas di jalur pegunungan harus memperhatikan kondisi cuaca serta menghindari melakukan perjalanan malam hari, sebab jalur lereng gunung berpotensi terjadi longsor saat diguyur hujan berjam-jam," kata Alim.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Tujuh daerah di Sulteng berstatus waspada hujan lebat