Peremajaan sawit bantu tingkatkan ketahanan industri sawit

id CPO, minyak nabati, perkebunan sawit, kelapa sawit, industri sawit, gapki

Peremajaan sawit bantu tingkatkan ketahanan industri sawit

Ilustrasi - Foto udara perkebunan sawit milik PTPN VIII di Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (27/10/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.

Bali (ANTARA) -
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) menyatakan program replanting atau peremajaan kelapa sawit sangat membantu meningkatkan ketahanan industri sawit.
 
"Saat ini pemerintah menggenjot program peremajaan untuk meningkatkan produktivitas tanaman tersebut, mengingat sawit salah satu komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan negara," kata Ketua Umum Gapki Eddy Martono saat menghadiri kegiatan 19th Indonesian Palm Oil Conference and 2024 Price Outlook di Bali, Kamis.
 
Ia menjelaskan, sawit memiliki persaingan pasar minyak nabati utama global seperti kedelai, rapeseed dan bunga matahari sehingga penguatan hulu hingga hilir harus seiring dan sejalan.
 
 
 
Menurut data produktivitas tanaman kelapa sawit, katanya, komoditas itu dapat menghasilkan minyak nabati sebanyak 3,36 ton per hektare per tahun, dibandingkan dengan tanaman nabati lainnya kedelai 0,47 ton per hektare per tahun, bunga matahari 0,78 ton per hektare per tahun dan rapeseed 0,74 ton per hektare per tahun.
 
“Kami yakin dengan kebijakan pemerintah yang tepat, industri kelapa sawit dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan perekonomian,” ujarnya.
 
Oleh karena itu, dengan produktivitas yang tinggi, menurut Gapki industri sawit optimistis menyambut peluang 2024, dan beberapa langkah dapat diambil untuk meningkatkan ketahanan industri tersebut yakni program replanting dan penggunaan energi terbarukan melalui bioavtur.
 
Meskipun begitu, ia berharap pemerintah Indonesia dapat mengambil langkah-langkah yang bijaksana untuk menjaga daya saing industri kelapa sawit dalam negeri dengan memperkuat produksi minyak sawit berkelanjutan.
 
"Sejumlah tantangan harus dihadapi industri sawit nasional. Di tengah melemahnya laju ekonomi global dan inflasi yang dialami oleh sepertiga negara di dunia, diikuti situasi geopolitik dunia seperti perang Rusia dan Ukraina, serta konflik terkini perang Israel dan Palestina, industri sawit Indonesia perlu mengambil langkah untuk tetap bertahan dalam ketidakpastian pasar," tutur Eddy.
 
 
Gapki juga melihat ada volatilitas harga minyak kelapa sawit yang dikombinasikan dengan produktivitas stagnan, faktor-faktor tersebut mengindikasikan adanya ketidakpastian dalam perdagangan global sehingga ketahanan bisnis perlu ditingkatkan lebih optimal.
 
"Kondisi terkini ekonomi global menarik dibahas secara mendalam untuk penguatan ketahanan bisnis, dan penerapan kebijakan oleh pemerintah sangat memberikan dampak positif bagi keberlanjutan industri ke depan," demikian Eddy.