Jakarta (ANTARA) -
"Surplus neraca perdagangan tentu dapat menjadi faktor pendukung ekonomi Indonesia dan menjadi katalis positif bagi rupiah," kata analis pasar uang Bank Mandiri Reny Eka Putri di Jakarta, Senin.
Reny mengatakan neraca perdagangan Indonesia masih mencatatkan surplus meskipun terdapat penurunan ekspor akibat perlambatan ekonomi global.
Surplus Desember 2023 lebih ditopang oleh surplus komoditas nonmigas yaitu sebesar 5,20 miliar dolar AS, dengan komoditas utamanya yakni bahan bakar mineral, lemak minyak hewani/nabati serta besi dan baja.
Sementara dari sisi global, ketidakpastian keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed masih membuat pasar valas mengalami volatilitas.
Sentimen terbaru datang dari rilis inflasi AS yang kembali meningkat di atas ekspektasi pasar. Inflasi AS per Desember 2023 tumbuh sebesar 3,4 persen dipengaruhi masih tingginya harga pangan dan energi. Begitu pula inflasi inti AS masih sebesar 3,9 persen, hampir dua kali lipat dari target bank sentral AS sebesar 2 persen.
Kondisi tersebut membuat ekspektasi The Fed masih akan mempertahankan suku bunga tingginya beberapa waktu ke depan semakin besar sehingga membuat dolar AS menguat. Indeks dolar AS kembali ke arah 102 hingga 103, setelah tutup di level 101 pada akhir tahun 2023.
Pada penutupan perdagangan Senin, rupiah melemah terbatas sebesar lima poin atau 0,03 persen menjadi Rp15.555 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.550 per dolar AS.
Adapun Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin menguat ke posisi Rp15.555 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.559 per dolar AS.