Tingkatkan minat generasi muda lewat modernisasi pertanian

id pertanian, generasi muda, duta petani

Tingkatkan minat generasi muda lewat modernisasi pertanian

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman yang menjabat periode 2014-2019 menyaksikan pemanfaatan drone untuk menabur pupuk dan benih padi di Desa Dalangan, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Senin (30/9/2019). (ANTARA/HO-Kementerian Pertanian.)

Jakarta (ANTARA) - Pangan, merupakan satu hal yang tak bisa digantikan dalam kehidupan.

Kebutuhan akan hal dasar ini bisa terpenuhi melalui konsep budi daya tanaman pangan, yakni pertanian.

Selain menjadi sektor penunjang kebutuhan dasar, pertanian juga menjadi salah satu penopang ekonomi nasional.

Tercatat pada triwulan ketiga tahun 2023, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan sektor pertanian mengalami pertumbuhan sebesar 1,46 persen secara tahunan (year on year), dan memberikan kontribusi sebesar 13,57 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) negara.

Keberhasilan ini tidak terlepas dari peran petani yang bekerja keras untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sehingga dari hasil produksi yang didapat bisa memberikan sumbangsih di atas 10 persen bagi devisa negara.

Hanya saja, merujuk data data BPS, sektor pertanian di Indonesia rata-rata digeluti oleh generasi X yang berusia 41-56 tahun.

Sehingga tak salah, ke depan generasi muda harus bisa menjadi penopang bagi keberlangsungan sektor pertanian di Indonesia.

Salah satu strategi yang dilakukan Kementerian Pertanian untuk menarik minat generasi muda agar mau berkecimpung di sektor pertanian yakni melalui program Duta Petani Milenial (DPM).

Program yang diinisiasi pada tahun 2019 ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda terkait manfaat pertanian, serta seberapa penting sektor tersebut menopang keberlanjutan suatu negeri.

Tercatat ada sebanyak 2.213 orang DPM, serta 9.154 orang petani milenial yang dikukuhkan oleh Kementan untuk membawa pesan bahwa generasi muda dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan melalui inovasi, serta perluasan akses pasar melalui digitalisasi dan modernisasi pertanian.


Perjuangan

Di Cianjur Jawa Barat ada seorang pria kelahiran 13 Oktober 1992 yang memiliki komitmen tinggi untuk memajukan sektor pertanian di Indonesia.

Orang tersebut adalah Sandi Octa Susila, yang kini ditunjuk oleh Kementerian Pertanian menjadi Ketua Duta Petani Milenial.

Sebagaimana tujuan dibentuknya kelompok ini, Sandi terus menyosialisasikan kepada generasi muda agar mau bertani dengan cara membuktikan kesuksesannya di bidang pertanian.

Dirinya kini telah berhasil memberdayakan 385 petani di sekitar wilayahnya, yang 60 di antaranya merupakan petani muda.

Namun kesuksesan itu tak serta merta dirinya dapatkan, melainkan penuh dengan perjuangan.

Keinginan untuk memajukan sektor pertanian sudah Sandi pikirkan sejak tahun 2014. Saat itu dirinya khawatir tentang hasil panen petani di wilayahnya yang terkadang dijual dengan harga tak sesuai atau bahkan tidak laku di pasaran.

Dengan bekal ilmu budi daya dan holtikultura yang ia dapatkan saat kuliah, Sandi mencoba metode baru agar hasil panen yang didapat bisa mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi para petani.

Pada awalnya, dia memanfaatkan digitalisasi dengan cara membantu petani di sekitar rumahnya untuk menjual hasil panen melalui situs jual-beli online.

Sandi memfoto, mengedit, memposting, serta memberikan deskripsi soal manfaat produk pangan yang dijualnya di situs tersebut, sehingga hal itu membuat hasil panen yang ia pasarkan bisa lebih cepat laku.

Seiring berjalannya waktu, permintaan dari para konsumen kian meningkat. Dirinya perlu memutar otak untuk memenuhi kebutuhan para pembeli.

Langkah yang ia lakukan adalah mencari suplier pangan lain di luar kotanya untuk memenuhi kebutuhan itu.

Keuntungan yang didapat oleh Sandi semakin banyak, diriya juga dipercaya oleh PTPN VIII untuk mengelola lahan yang dimiliki agar bisa memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar.

Sehingga Sandi yang awalnya bergantung pada hasil panen orang lain, kini bisa memenuhi kebutuhan konsumennya dari hasil panen lahan yang dirinya kelola secara pribadi.


Pertanian pintar

Sandi menceritakan bahwa strategi yang dibawa olehnya dalam mengedukasi masyarakat, khususnya generasi muda, adalah dengan memperkenalkan konsep modernisasi pertanian.

Dalam argumentasinya, para generasi muda saat ini sering disuguhi dengan hal praktis, sehingga pemanfaatan teknologi di bidang pertanian bakal banyak menarik minat generasi tersebut untuk bertani.

"Dengan petani milenial, mereka justru antusias dengan teknologi," tuturnya, ketika berbincang dengan ANTARA.

Ia menyulap sebagian lahan yang dikelola menggunakan konsep pertanian pintar.

Penerapan konsep ini membuat minat anak muda di sekitar wilayahnya penasaran dengan sektor pertanian, sehingga mereka berkeinginan untuk belajar dan bergabung untuk ikut mengelola lahan yang dimilikinya.

Tak hanya itu, mahasiswa juga banyak berdatangan untuk menjadikan lahan pertaniannya sebagai sampel atau percontohan dalam mempelajari penerapan smart farming.

Sandi menceritakan bahwa kebanyakan dari mereka merasa senang dalam menjalankan profesi ini. Hal itu dikarenakan mekanisme pengelolaan lahan sudah tak sama seperti zaman dulu yang dinilainya sangat melelahkan.

Dengan bantuan teknologi, para anak muda di tempatnya lebih mudah dalam mengatur penyiraman, karena sudah terjadwal melalui sebuah sistem pintar.

Teknis pemantauan tanaman pangan yang dibudi daya juga lebih efisien karena menggunakan monitor dan kamera, sehingga hasil panen yang dihasilkan bisa lebih optimal.

Bersama Sandi, para petani muda belajar mengenai tata kelola penanaman tanaman pangan dengan mengedepankan konsep modernisasi, seperti halnya modifikasi lingkungan yang mengatur kelembaban, suhu, pengaturan konsentrasi pestisida agar tak mencemari lingkungan, serta pencampuran unsur hara agar hasil panen optimal.

Baru-baru ini, ia dengan petani milenial di wilayahnya juga sudah menguji coba penggunaan pesawat nirawak (drone) yang digunakan untuk memantau tanaman, penebaran bibit, penyiraman, penyemprotan pestisida, serta memantau kondisi tanah.

Selain itu Sandi menuturkan, sejak dirinya menerapkan mekanisme cerdas dalam pertanian, hasil panen yang didapat meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan lahan yang masih menerapkan sistem konvensional.

Keuntungan yang didapatkan ini tentunya turut disukai, tak hanya oleh para petani muda yang bekerja sama dengannya, melainkan para pemuda yang datang belajar ke lahan pertaniannya juga turut bereuforia untuk dapat menerapkan konsep pertanian cerdas tersebut.

Menurutnya keuntungan yang diperolehnya juga seolah menjadi angin sejuk bagi petani muda yang berkeinginan untuk mengabdi kepada sektor pertanian.

Sehingga harapannya ke depan, melalui pertanian cerdas bisa menepis stigma negatif masyarakat khususnya generasi muda yang masih memiliki pemikiran bahwa petani merupakan profesi yang kotor, tua, dan tak menguntungkan.