Pemkot Palu lanjut fase transisi pemulihan pasca banjir dan longsor

id Transisi bencana, hidrometeorologi, banjir, longsor, bpbdpalu, Pemkotpalu, Sulteng

Pemkot Palu lanjut fase transisi pemulihan pasca banjir dan longsor

Wakil Wali Kota Palu Reny A Lamadjido (depan kiri) memimpin pertemuan penanganan bencana banjir dan longsor di Palu, Senin (15/7/2024). ANTARA/HI-Humas Pemkot Palu

Palu (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot), Sulawesi Tengah lanjut ke fase transisi pemulihan setelah tanggap darurat pascabanjir dan longsor melanda daerah tersebut akibat dampak hidrometeorologi.

"Setelah masa tanggap darurat selesai berlangsung sejak 7-14 Juli, kini dilanjutkan masa transisi untuk pemulihan setelah bencana hidrometeorologi," kata Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Palu Muhammad Issa Sunusi di Palu, Senin.

Ia mengemukakan masa transisi berlangsung tujuh hari ke depan di mulai 15-21 Juli 2024 yang mana bentuk kegiatannya meliputi perencanaan teknis penanganan wilayah-wilayah terdampak, perbaikan infrastruktur bantaran sungai, jembatan dan fasilitas umum dalam kota, khusus pekerjaan yang di tangani Dinas PU.

Sedangkan dari tugas BPBD bersama organisasi perangkat Daerah (OPD) satuan lainnya melaksanakan tugas siaga dalam proses selanjutnya, apabila terjadi situasi mendesak.

"Dari hasil kaji cepat dilakukan BPBD setempat, terdapat 15 lokasi terdampak akibat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda Kota Palu beberapa waktu terakhir," ujarnya.

Ia menjelaskan masa transisi ditetapkan melalui pertemuan lintas sektor penanganan bencana banjir yang di pimpin Wakil Wali Kota Palu Reny A Lamadjido pada Senin (15/7).

Hasil kajian BPBD Kota Palu menunjukkan sebagian besar kerusakan berada di wilayah bantaran sungai dan rata-rata akibat luapan air hingga membawa sedimentasi.

"Karakteristik banjir di Kota Palu berbeda dengan daerah lain di Sulteng, daerah lain bencana terjadi adalah banjir bandang, sedangkan di ibu kota Sulteng banjir karena sedimentasi menyebabkan pendangkalan lantai sungai, kemudian masalah kedua adalah sampah yang terendap dalam waktu yang panjang sehingga mengakibatkan penyumbatan drainase," katanya.

Kemudian faktor geografis juga mempengaruhi, karena Kota Palu terletak di cekungan menjadi hilir akhir aliran sungai dari Kabupaten Sigi, Donggala dan Parigi Moutong yang bertemu di sungai Palu, lalu mengalir ke Teluk Palu.

"Kami berharap warga lebih menjaga kebersihan lingkungan, sebab sampah dapat memicu genangan bila terjadi intensitas tinggi," kata dia.