Lelaki Korea Rasa Indonesia Itu Bernama Kim

id korea, rotan

   Lelaki Korea Rasa Indonesia Itu Bernama Kim

Seorang perajin merapikan produksi furniture berbahan rotan di daerah Jatiuwung, Tangerang, Banten, Kamis (3/5/2012). Kim Soo-il, seorang WN Korea yang sangat mencintai Indonesia mengawali usahanya dengan mengimpor kerajinan rotan dari Indonesia (Foto : ANTARA/Lucky.R)

Ketika dia belajar bahasa Indonesia pada 1970, banyak orang bertanya-tanya padanya karena hal itu dinilai tidak sesuai dengan sosoknya yang dikenal dan pandai yang pantasnya mengambil jurusan bahasa Inggris.

Tapi Kim Soo-il mengaku tidak peduli pada anggapan dan pertanyaan banyak orang itu karena baginya Indonesia akan menjadi "sesuatu" suatu saat nanti.

Menurut dia, ada semangat yang sama antara Indonesia dan Korea sebagai negara yang lepas dari penjajahan tanpa infrastruktur memadai. Ada semangat yang menjadi modal untuk membangun negeri.

Kim terus belajar bahasa Indonesia dan membuktikan prestasinya di bangku kuliah sebagai ketua dari mahasiswa yang mengambil jurusan bahasa asing.

Begitu lulus dari bangku kuliah, dia pun berbisnis dengan orang Indonesia.

"Awal tamat kuliah saya 'trading'. Saya impor kerajinan rotan dari Indonesia," kata Kim Soo-Il saat berbincang dengan wartawan di gedung Busan Indonesia Center (BIC), Busan, Korea Selatan, pertengahan September, di sela kunjungan Menparekraf Mari Elka Pangestu.

Bisnis beli dan jual berbagai kerajinan rotan tersebut, kata Pak Kim, begitu dia disapa oleh orang Indonesia yang mengenalnya, mendatangkan banyak uang untuknya.

Kursi rotan, meja rotan, keranjang rotan, dan banyak perabot dari rotan lainnya, menurut Kim, menjadikan dia orang yang sejahtera.

Belajar bahasa Indonesia kampus memaksa dia juga belajar budaya negeri itu, kata Kim, dan hal itu membuatnya jatuh cinta pada Indonesia dan masyarakatnya.

Maka, ketika Kim mulai menikmati keuntungan dari bisnis hasil alam Indonesia, dia secara sadar mempromosikan Indonesia. Dia kemudian dikenal sebagai Indonesia banget di mata orang yang mengenalnya, baik di negerinya maupun bagi orang Indonesia yang mengenalnya.

Hingga suatu kali, pada 1993, Presiden Soeharto menunjuk Kim sebagai Konsul Kehormatan Indonesia di Busan, kota besar di sebelah tenggara Korea Selatan, dua jam berkereta atau tidak sampai satu jam berpesawat dari Seoul.

Jabatan Konsul Kehormatan Indonesia dijabatnya sampai 2007.

Menurut dia, kecintaannya pada Indonesia dan jabatannya sebagai wakil Indonesia di negerinya sendiri itu bukannya tanpa pandangan negatif dari sejumlah orang. Ada pertanyaan soal nasionalisme ditujukan kepada dirinya.

"Mengapa ngurusi Indonesia terus," kata Kim.

Maka, dia pun memenuhi permintaan pemerintahnya untuk menjadi wakil Korsel di negeri orang.

Dia menjadi Duta Besar Korea Selatan di Timor Leste pada 2008.

"Sebenarnya saya ingin jadi Duta Besar di Indonesia. Tapi saat itu posisi itu sudah terisi," katanya.

Saat itu, kata dia, ada beberapa negara yang ditawarkan kepadanya, termasuk negara di Eropa.

"Saya pilih Timor Leste, karena dekat dengan Indonesia," katanya sambil terkekeh dengan gaya khasnya.

Ketika di Timor Leste, Kim ternyata tetap cinta Indonesia. Dia mengaku sering mangkal di Kedubes RI di negara yang sama.

Dia mengaku selalu siap sedia membantu persoalan Indonesia di Timor Leste, sehingga sering kali mobil dinasnya diparkir di KBRI sepanjang hari.

"Orang-orang bilang, ada dua Dubes Indonesia di Timor Leste," katanya.

Tugas sebagai duta besar pun akhirnya berakhir dan Pror Kim, begitu sebagian orang memanggilnya, kembali ke tanah asalnya di Busan.

Selesainya tugas kenegaraan itu pun memberikan waktu lebih bagi lelaki berusia 67 tahun itu untuk kembali ke hobinya mengurusi Indonesia.


BIC

Kecintaan Kim pada Indonesia akhirnya memiliki bentuk yang makin populer ketika dia menggunakan uang pribadinya membangun sebuah gedung di tengah kota Busan yang dia dedikasikan sebagai pusatnya Indonesia di kota itu dengan nama Busan Indonesia Center (BIC).

Gedung BIC berada di pinggir jalan utama Busan, terletak di antara apartemen, sekolah, gerai makan, taman umum dan pertokoan.

Ada poster besar bertuliskan "wonderful Indonesia" dalam bahasa Inggris dan Korea.

Poster promosi bergambar penari Bali dengan latar lapangan golf tersebut menyambut kedatangan Menparekraf Mari Elka Pengestu ke gedung yang diresmikan pada 13 April 2012 tersebut.

Beragam informasi mengenai Indonesia dapat diperoleh di gedung yang kini juga menjadi kantor bagi maskapai Garuda Indonesia dan kantor BNP2TKI.

"Gedung ini dibangun dari uang Pak Kim sendiri," kata Duta Besar Indonesia untuk Korsel Nicholas T Dammen di BIC dalam acara promosi wisata di gedung itu.

Menurut Kim, dia membangun gedung itu dengan dana sebesar enam juta dolar AS (hampir Rp60 M).

"Ini bagi saya ibarat melunaskan utang ke Indonesia," kata pria murah senyum yang kini menjadi guru besar jurusan studi Indonesia di "Busan University of Foreign Studies".

Di gedung itu pula Mari memulai kunjungannya ke Korsel (23-26/9) dengan menanam sebatang pohon di halam BIC.

Mari tiba di Busan pada Hari Minggu. Tapi berkat Kim, kunjungan Mari untuk mempromosikan daerah wisata Indonesia di luar Bali itu mendapat sambutan dari puluhan pihak berkepentingan.

Kota berpenduduk empat juta itu memang berpotensi sebagai pasar wisata bagi Indonesia, kata Kim, apalagi faktanya, saat ini, orang Korea yang ada di Indonesia didominasi orang Busan.

Kota Busan juga terkenal karena festival filmnya dan adanya Fakultas Film dan Video Universitas Dongseo. Di univestitas itu pula, pada hari libur tersebut Mari diterima petinggi kampus untuk membuka peluang kerja sama pengembangan perfilman yang menjadi tugasnya mengelola perekonomian kreatif.

Menurut Kim, proses belajar memang perlu terus dilakukan untuk lebih maju. Dia ingin Indonesia semakin maju, dan yakin suatu saat nanti Indonesia bukan hanya terimbas gelombang Korea, seperti K-Pop yang kini sedang menerpa ke mana-mana.

Dia mengatakan, Indonesia juga bisa menciptakan gelombang yang akan mengalir ke berbagai penjuru.

"Saya ingin Indonesia maju. Indonesia maju maka nama saya juga naik. Saya akan banyak pekerjaan," kata Kim, penasihat Kedutaan Indonesia di Korsel. (S018)

Pewarta :
Editor : Santoso
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.