Towuti, Sulsel (ANTARA) - PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) melakukan uji kualitas air di Danau Towuti, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai bagian dari upaya pemulihan berkelanjutan pasca-insiden pipa minyak, Rabu (10/9).
PT Vale memfokuskan langkah pada pengujian kualitas air Danau Towuti dengan melibatkan tiga tenaga ahli dari HAS Environmental yang melakukan pemantauan kualitas air
"Proses pengambilan sampel dilakukan menyeluruh, mulai dari area sekitar dermaga, bagian tengah danau, muara sungai, hingga tangki air milik warga," kata Tenaga Ahli HAS Environmental, Tri Wisnu Febrianto dalam keterangan pers, Kamis.
Dia mengatakan pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode ilmiah yang tervalidasi dan peralatan uji modern agar hasilnya akurat serta dapat dipertanggungjawabkan.
“Dengan cakupan lokasi yang beragam, hasil pemantauan ini akan menjadi rujukan penting dalam memastikan air tetap aman bagi lingkungan dan masyarakat,” ujarnya.
Dia mengemukakan, dalam pengujian tersebut, tim menggunakan Portable Environmental Quality Monitor (EQM), peralatan yang mampu mendeteksi polutan secara real-time, termasuk gas berbahaya dari Marine Fuel Oil (MFO) seperti sulfur dioksida (SO2) dan senyawa organik volatil (VOC) yang berisiko terhadap kesehatan pernapasan.
Lanjut, Dia mengatakan selain pemantauan kualitas air, upaya pemulihan di darat juga terus dilakukan.
"Di titik 7, relawan bersama tim SAR Batara Guru Rescue Malili tetap siaga setiap hari mendukung proses pembersihan area terdampak," terangnya.
Sementara itu, Head of External Relations PT Vale, Endra Kusuma, menegaskan pihaknya berkomitmen melakukan pemulihan secara menyeluruh.
“Kami tidak hanya berfokus pada area yang terlihat, tetapi juga melangkah lebih jauh sampai ke Danau Towuti untuk memastikan tidak ada dampak yang luput dari penanganan,” tutur Endra.
Menurut Dia, pendekatan berbasis ilmiah dan data akurat diharapkan dapat mengembalikan kepercayaan masyarakat serta menjamin kelestarian lingkungan.
Hingga hari ke-19, dari total 220 aduan yang tercatat di enam desa terdampak, sekitar 48 persen telah berhasil ditangani.
"Data tersebut menjadi bukti komitmen perusahaan dalam menindaklanjuti setiap laporan masyarakat," tutup Endra.
