Sanaa (ANTARA) - Warga Yaman mengadakan arak-arakan di Ibu Kota Sanaa pada Selasa untuk menandai hari ulang tahun peperangan yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan membawa negara itu ke ambang kelaparan.
Pawai tersebut merupakan unjuk dukungan kepada pemerintahan Houthi yang bersekutu dengan Iran sementara PBB mendesak pembicaraan dengan kelompok itu dan pemerintah dukungan Saudi untuk menemukan solusi politik bagi konflik itu.
Pihak Houthi telah mengendalikan ibu kota itu dan kawasan-kawasan yang besar dan berpenduduk padat sejak tahun 2014 ketika mereka menggulingkan pemerintahan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Kaum pria, wanita dan anak-anak berjalan, mengibarkan warna-warna nasional merah, putih dan hitam, dan meneriakkan slogan-slogan menentang Arab Saudi.
Mereka juga menyalahkan Israel, sekutu Amerika Serikat, karena menghancurkan negeri itu.
Para penyelenggara menggunakan pengeras-pengeras suara meneriakkan "Amerika dan Israel, kematian dan mutilasi bagi Anda" dan "lima atau lima puluh tahun, kami akan hadapi koalisi kriminal".
Sejumlah saksi mata Reuters mengatakan kerumunan puluhan ribu orang, termasuk para pendukung kelompok Ansarullah Houthi, telah berkumpul di Alun-alun Sabeen di Sanaa pusat sejak Selasa pagi.
"Inilah pesan kepada dunia, bahwa permulaan tahun kelima (perang), rakyat Yaman akan lebih kuat... sebuah pesan yang perlawanan Yaman bahkan akan lebih besar," kata Mohammed Haidarah, seorang pengunjuk rasa.
Banyak di antara peserta pawai mengecat wajah mereka dengan warna-warna bendera Yaman dan yang lain berjoget memegang senapan serang dan pisau tradisional sementara para pemimpin Houthi menyambut gembira kerumunan massa dari podium utama.
Mohammed Ali al-Houthi,tinggi Houthi, kepala Komite Revolusi Tertinggi Houthi, mengutuk keputusan AS untuk mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan.
"Inilah pengakuan dari seseorang yang tidak memiliki seseorang yang tak layak," kata dia kepada massa.
Puluhan ribu orang telah meninggal dalam perang yang melibatkan Houthi melawan koalisi pimpinan Saudi, yang campur tangan di Yaman tahun 2015 untuk memulihkan kekuasaan pemerintahan Hadi.
Perang itu telah menyebabkan lebih dua juta orang terlantar dan menyebabkan negara di Semenanjung Arab menuju jurang kelaparan.
Kedua pihak menyepakati pembicaraan yang disponsori PBB pada Desember dan penarikan tentara dari kota pelabuhan Hudaidah, yang telah menjadi fokus perang tersebut, dan pertukaran tawanan.
Sumber: Reuters