Beijing (ANTARA) - Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI bekerja sama dengan Southwest Jiaotong University (SWJU) Chengdu, China, di bidang riset pengembangan kereta api berkecepatan tinggi.
"Ini merupakan MoU yang kedelapan kami dengan lembaga China dalam kerangka 'Belt and Road Initiative' (Prakarsa Sabuk Jalan)," kata Menristekdikti Mohamad Nasir kepada Antara di Beijing, Minggu (28/4).
Dalam beberapa tahun terakhir Kemenristekdikti bersama sejumlah lembaga riset dan perguruan tinggi di China telah menandatangani delapan MoU, di antaranya riset bioteknologi, riset HTGR nuklir, taman teknologi, transfer teknologi, pemanfaatan laboratorium riset bersama, dan pertukaran para peneliti dari kedua negara.
"Kerja sama dengan Chengdu itu untuk mempersiapkan kereta cepat, mulai dari pemeliharaan hingga pembuatan gerbong selain juga persinyalan dan jembatan serta jalan," ujarnya.
Indonesia telah memiliki PT Inka yang memproduksi gerbong kereta api. Namun untuk rodanya, 100 persen masih impor.
Oleh karena itu, dalam kerja sama dengan perguruan tinggi dengan disiplin ilmu bidang transportasi yang berada di wilayah baratdaya daratan Tiongkok itu, Indonesia akan melibatkan PT Inka, PT Barata, PT KAI, dan Politeknik Negeri Madiun.
"PT Inka, PT KAI, dan Poltek Madiun sudah jalan kerja samanya sejak satu tahun yang lalu. Nanti Barata dengan ITS. Semuanya akan mendukung penelitian pengembangan kereta cepat," katanya.
Dengan adanya kerja sama tersebut, tiga tahun setelah jaringan kereta cepat Jakarta-Bandung beroperasi, sudah bisa dikelola oleh tenaga kerja dari Indonesia.
"Engineer kereta cepat dari mana? Kalau 100 persen dari sini, kita rugi. Dalam jangka pendek, setelah tiga tahun dilepas pemerintah China, berikutnya kita yang kelola. Jangan lagi setelah tiga tahun kontrak, mereka mengajukan perpanjangan kontrak kelola lagi," kata Nasir yang turut menghadiri Konferensi Kerja Sama Internasional Forum Sabuk Jalan (BRF) II di Beijing pada 24-28 April 2019 itu.
Pihaknya sudah mengirimkan sembilan orang dari Poltekneg Madiun, PT Inka, PT KAI, LEN, BPPT, PT Pindad, dan PT Barata untuk melakukan penelitian di pusat riset teknologi kereta cepat di SWJU.
Sebelumnya kerja sama Kemenristekdikti dengan sejumlah lembaga pemerintah dan swasta di China juga telah menghasilkan Poltekneg Morowali, Sulawesi Tengah.
Poltek yang diresmikan Menristekdikti pada 2016 dengan konsentrasi bidang metalurgi itu dibangun oleh investor dari China.
"Ini saya mau mengembangkan lagi poltek di Halmahera (Maluku Utara) di bidang energi," kata Nasir menambahkan.