Palu (ANTARA) - Ribuan umat Nasrani di Kota Palu, Sulawesi Tengah, mengelar doa bersama di Taman Gor, jalan Moh. Hatta, Kamis petang, sebagai refleksi satu tahun terjadinya bencana alam gempa bumi, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018 lalu.
Ketua Panitia acara doa bersama Pendeta (Pdt) Dorce Wagiu, S.Th, mengatakan, kegiatan tersebut untuk mengenang kembali satu tahun bencana yang sudah terjadi dan dialami, khususnya di Palu, Sigi dan Donggala.
“Kegiatan ini membawa satu kebersamaan, keterikatan dan kesatuan hati untuk bersama-sama melihat bahwa masih ada harapan dalam kebersamaan dan kesatuan,” katanya, disela-sela kegiatan doa bersama.
Harapannya, kata dia, gereja atau umat Kristen bisa memberi dampak di tengah-tengah masyarakat, pemerintah, serta bisa bersama bangkit menjadikan Kota Palu terang dan bersinar kembali.
“Yang terlibat dalam kegiatan ini dari gereja-geraja yang ada di Kota Palu, dengan perkiraan umat yang datang seribu lima ratusan,” ujarnya.
Pdt. Dr. Andri Hardianto, M.Th, Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga Injili Indonesia (PGLII) menambahkan, kegiatan doa bersama ini sebagai wujud kepedulian atas musibah bencana alam yang menimpa sejumlah wilayah, khusus Palu, Sigi dan Donggala.
“Dengan harapan gereja-gereja se Kota Palu, bisa terangkum dalam satu kesatuan untuk berdoa bersama bagi keadaan Kota Palu dan sekitarnya pasca bencana dan semakin punya harapan dan bertumbuh bersama membangun Kota Palu dan sekitarnya,” katanya.
Ketua PGLII Sulawesi Tengah, Yewin Chandra juga menegaskan, digelarnya doa bersama tersebut untuk memperarat kembali kebersamaan umat Nasrani tanpa harus melihat dari mana asal gereja, untuk terwujudnya umat Nasrani sebagai terang dan garam dunia.
“Supaya bisa bersatu padu dan berdampak. Harapannya juga bukan hanya dari kami saja, namun kedepan bisa lintas agama bersama mendoakan bangsa dan negara dan kota ini sehingga maju dan sejahtera,” tegasnya.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu Presly Tampubolon mewakili pemerintah meminta umat Nasrani untuk lebih lagi melakukan doa untuk daerah Kota Palu dan sekitarnya.
“Bila navigasi teknologi sudah tidak bisa lagi untuk mendeteksi terjadinya bencana, maka navigasi utama lakukan penguatan doa,” tandasnya.***