Jakarta (ANTARA) - PT Toyota Astra Motor optimistis dalam 3-5 tahun pasar dan produksi mobil hibrida yang ramah lingkungan dan hemat bahan bakar bakal tumbuh pesat, seiring dengan keseriusan pemerintah mengembangkan kendaraan berbasis mesin listrik dan berbagai inisiatif-inisiatif yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun kalangan industri.
Wakil Presiden Direktur PT Toyota Astra Motor (TAM) Henry Tanoto di Bogor, Jawa Barat, Selasa, mengakui hingga saat ini awareness dan pemahaman konsumen tentang mobil hibrida yang bermesin ganda yaitu bensin dan listrik (baterai) sehingga hemat bahan bakar dan rendah emisi, belum banyak diketahui masyarakat.
"Sistem kerja mobil hybrid kayak apa, baru sekitar 15 persen masyarakat yang paham," kata di sela-sela mengendarai Toyota Corolla Hybrid dari Jakarta menuju Puncak, Bogor, Selasa.
Padahal jauh sebelum pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan, TAM sejak 2009 telah memperkenalkan mobil hibrida yaitu Toyota Prius yang dijual spot order. Sejak 2009 sampai Agustus, menurut Henry, TAM telah menjual sekitar 2.200 kendaraan dengan teknologi hibrida dari berbagai varian mulai dari Toyota Prius, Camry, Alphard, C-HR, dan teranyar Toyota Corolla Altis.
"Pasarnya (kendaraan ramah lingkungan) memang menantang, namun dengan begitu banyak inisiatif yang dilakukan kalangan industri dan pemerintah, dalam mengedukasi masyarakat, mungkin dalam 3-5 tahun masyarakat akan semakin kenal mobil hibrida dan pasarnya tumbuh," kata Henry.
Hal senada dikemukakan Direktur Pemasaran TAM Anton Jimmi Suswandy. Ia juga yakin pasar dan produksi mobil hibrida dan mobil lain berteknologi ramah lingkungan baik Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV) maupun Battery Electric Vehicle (BEV) bakal meningkat pesat.
"Saya kira dalam lima tahun pasar dan produksinya akan tumbuh pesat," katanya.
Apalagi, katanya, Toyota Motor Corp (TMC) juga sudah menyatakan komitmennya untuk mengembangkan mobil hibrida di Indonesia. TMC telah menyatakan akan menambah investasi sekitar 2 miliar dolar atau sekitar Rp28 triliun untuk ekspansi di Indonesia, termasuk di antaranya produksi kendaraan hibrida.
"Jika sudah diproduksi di Indonesia, maka harga mobil hibrida akan turun. Selain itu pemerintah juga berencana memberikan insentif fiskal," katanya.
Anton menilai masyarakat Indonesia lebih mudah menerima teknologi baru dibandingkan negara lainnya, sehingga ia optimistis kendaraan ramah lingkungan akan tumbuh, bila diimbangi dengan harga yang terjangkau atau tidak terlalu bedanya dengan mobil konvensional.
"Buktinya Toyota C-HR Hybrid kini permintaannya 70 persen dari total penjualan Toyota C-HR, karena beda antara yang hibrida dan tidak (C-HR konvensional) hanya Rp30 juta," kata Anton.