234 peserta bidikmisi IAIN dilatih menulis karya ilmiah dan soft skill

id IAIN Palu,Bidikmisi,beasiswa mahasiswa

234 peserta bidikmisi IAIN dilatih menulis karya ilmiah dan soft skill

Rektor IAIN Palu Prof Dr Sagaf S Pettalongi MPd menyampaikan sambutan pada pelatihan soft skill dan penulisan karya ilmiah bagi peserta penerima bantuan bidikmisi angkatan 2017 dan 2018, di Palu, Kamis. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Sebanyak 234 penerima bantuan biaya pendidikan untuk mahasiswa ekonomi menengah ke bawah (Bidikmisi) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Palu, Sulawesi Tengah, dilatih menulis karya ilmiah dan keterampilan non-akademik (soft skill). 

"Untuk peserta bidikmisi angkatan 2017 mereka akan dilatih menulis karya ilmiah, sementara untuk angkatan 2018 mereka diberikan soft skill," ujar Kepala Bagian Akademik IAIN Palu,  Abdul Wahab, di IAIN Palu, Kamis.

Peserta dengan jumlah 234 tersebut terdiri dari mahasiswa penerima bidikmisi angkatan tahun 2017 sebanyak 114 orang dan angkatan 2018, 120 orang. Mereka akan mengikuti kegiatan dalam proses pelatihan ini selama empat hari.


Baca juga: Menag angkat Lamuda jabat pelaksana tugas kepala biro IAIN Palu

Penulisan karya ilmiah dan pelatihan soft skill, kata Wahab, merupakan kegiatan keempat dari delapan kegiatan bagi mahasiswa penerima bidikmisi untuk dua angkatan tersebut.

Terkait hal itu, Rektor IAIN Palu Prof Dr H Sagaf S Pettalongi MPd menekankan kepada mahasiswa untuk memanfaatkan bantuan bidikmisi dengan baik dan maksimal, sesuai dengan peruntukannya.

"Mahasiswa yang tercatat sebagai penerima bidikmisi, harus bersyukur. Bentuk dari kesyukuran itu ialah memanfaatkan bantuan tersebut sesuai dengan peruntukannya," kata Prof Sagaf Pettalongi.

Bidikmisi merupakan program nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk membantu masyarakat ekonomi menengah ke bawah mengenyam pendidikan di perguruan tinggi secara cuma-cuma.

Baca juga: Rektor berharap anggota DPR dari Sulteng bantu pengembangan IAIN Palu

 Karena itu, ia meminta dana itu dimanfaatkan untuk kepentingan positif yang berkaitan dengan tuntutan dan kebutuhan akademik, seperti membeli buku dan membayar SPP.

"Jangan digunakan untuk hal-hal yang tidak berkaitan dengan kebutuhan akademik, seperti membeli handphone dan sebagainya. Memang membeli handphone menjadi satu hal yang penting, tetapi bila setiap tahun peserta bidikmisi mengganti handphone, dan anggaran pembeliannya berasal dari dana bidikmisi, maka itu tidak sejalan dengan kebutuhan akademik," ujar dia.

Ia mengaku bahwa terdapat 12 peserta penerima bidikmisi di IAIN Palu yang menunggak SPP dengan berbagai macam alasan. Karena itu, perlu pengawasan dan pemantauan serta selektif terhadap peserta penerima bidikmisi.

Jika, bantuan yang diberikan digunakan tidak sesuai kebutuhan akademik, serta syarat bidikmisi dilanggar, maka peserta yang bersangkutan harus dapat diganti dengan yang lain.

"Ada 9.902 mahasiswa saat ini, tidak semua menerima bidikmisi. Hanya beberapa saja yang menerima bidikmisi. Karena itu, bila yang menerima tidak memanfaatkan dengan baik bantuan ini, maka boleh diganti dengan mahasiswa lain," sebutnya.

Di IAIN Palu, setiap mahasiswa penerima bidikmisi mendapat bantuan anggaran senilai Rp 6,6 Juta per semester, untuk membantu  generasi muda mengenyam pendidikan perguruan tinggi.

Baca juga: Akademisi IAIN tawarkan langkah deradikalisasi di AICIS 2019
 
Peserta penerima bantuan bidikmisi mengikuti pembukaan pelatihan soft skill dan penulisan karya ilmiah, di Palu, Kamis. (ANTARA/Muhammad Hajiji)