Ikan Laut Di Palu Langka Dan Mahal

id ikan

Ikan Laut Di Palu Langka Dan Mahal

Ikan merupakan salah satu komoditas unggulan di Teluk Tomini (Ilustrasi)

Palu, (antarasulteng.com) - Stok ikan laut di pasar Kota Palu, Jumat, masih langka dan harganya cukup tinggi, karena pasokan dari para nelayan masih kosong sejak Lebaran Idul Fitri 1435 Hijriyah.

Di Pasar Masomba, pasar terbesar di Kota Palu sebelah timur, beberapa jenis ikan yang paling laku selama ini, seperti katamba dan layang, tidak dijual di pasar itu dan banyak pedagang ikan belum berjualan.

Jenis ikan yang paling banyak dijual adalah ikan air payau, bandeng, namun harganya juga cukup tinggi mencapai Rp5.000/ekor padahal biasanya hanya Rp3.000 ekor, serta ikan mujiair Rp20.000/enam ekor padahal biasanya hanya seharga Rp15.000/enam ekor.

Jenis ikan laut lain yang masih dijual namun jumlahnya sedikit adalah ikan deho Rp25.000/ekor dari biasanya Rp20.000/ekor dan ikan ekor kuning Rp30.000/ekor padahal pada hari biasa Rp20.000/ekor.

Sementara harga ikan kakap juga melonjak tajam seperti kakap merah dari Rp55.000 menjadi Rp70.000/kg dan kakap bobara dari Rp45.000 menjadi Rp60.000/kg.

Selain ikan masih langka dan mahal, kualitas ikan yang dijual juga menurun karena tidak ada suplai ikan segar sejak Lebaran hari pertama, Senin (28/7).

"Ikan yang diual di pasar-pasar Kota Palu saat ini saya yakin semuanya masih stok yang disimpan sejak hari Minggu (27/7) karena sejak Sabtu (26/7), tidak ada lagi nelayan yang turun melaut sampai hari ini," ujar H. Effendy, seorang ketua kelompok nelayan di Pelabuhan Pendaratan Ikan (PPI) Donggala yang dihubungi melalui telepon genggamnya.

Ia mengatakan, nelayan baru akan turun ke laut mulai Sabtu (2/8), karena mereka masih bersilaturahim ke kampung halaman masing-masing. Itu sebabnya, sejak enam hari terakhir, tidak ada pembongkaran ikan di PPI Donggala, kata Effendy.

Hal yang sama dikemukakan Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPT) Pelabuhan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Sulteng Agus Sudaryanto bahwa stok ikan di berbagai kota di Sulteng saat ini masih langka dan harganya mahal karena nelayan tidak melaut dalam sepekan terakhir.

"Saya menerima laporan dari Donggala, Parigi, Poso, dan Morowali bahwa suplai ikan ke pasar-pasar terhenti sejak Lebaran karena tidak ada nelayan yang melaut," ujarnya. Ia mengatakan bahwa hal itu menyebabkan harga jual ikan naik cukup tinggi sampai 50-an persen.

Sebenarnya, kata Agus, saat ini sedang musim ikan di perairan Sulteng dan diperkirakan akan mencapai puncak pada September 2014. Selain itu, cuaca di laut cukup baik, karena meskipun masih dilanda angin selatan, namun gelombang di laut tidak sedahsyat di Pulau Jawa, Sumatera dan Papua.

Agus berharap nelayan bisa segera kembali melaut agar suplai ikan ke pasar segera normal agar kelangkaan ikan ini tidak sampai mempengaruhi inflasi.

Nelayan Sulteng tidak hanya mensuplai ikan untuk pasar Kota Palu dan kota-kota penting lainnya di provinsi ini tetapi juga ke Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan. Daerah-daerah itu saat ini juga mengeluh terjadi kelangkaan ikan yang menyebabkan harga jualnya naik cukup tinggi. (skd)