Palu (ANTARA) - PT Poso Energi, perusahaan pembangkit listrik tenaga air Sulewana di Poso, akan mengganti rugi 300 hektare lahan sawah dan lahan peternakan kerbau yang terendam air akibat uji coba pintu air untuk pembangkit di perusahaan itu.
"Kami akan mengganti rugi lahan itu, dan kerbau yang mati, namun kami akan terlebih dahulu mendata semua pemilik lahan dan kerbau," kata Humas PT Poso Energi, Handian di PT Poso Energi, Desa Sulewana, Poso, Selasa.
Selain lahan persawahan, akibat uji coba pintu air milik perusahaan tersebut juga mengakibatkan 94 ekor kerbau mati, dan sebagian berpindah lokasi sehingga mengganggu lahan milik orang lain.
Handian mengatakan perusahaan akan memberikan kompensasi dengan program jangka pendek dan jangka panjang sesuai hasil usulan warga yang terdampak di tepian Danau Poso, seperti pengadaan pompa air, bibit durian, bibit alpokat, bibit kakao sambung pucuk, dan sistem pertanian mina padi.
"Kami tidak bisa pungkiri terendam lahan itu merupakan pengaruh akibat dari uji coba pintu air, namun seberapa pengaruh itu masih akan kami pelajari," katanya.
Handian menjelaskan pihaknya telah menempatkan petugas Poso Energi untuk berjaga di desa yang terdampak akibat uji coba pintu air untuk mengecek dan menganalisis sejauh mana kenaikan air danau itu.
Dia mengatakan alasan perusahaan membuat pintu air untuk menampung air Danau Poso karena PLN meminta kenaikan energi listrik pada beban puncak khususnya pada pukul 05.00.
Handian menjelaskan dalam lima tahun terakhir ada kondisi dalam tiga bulan yang tidak memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan air tersebut sehingga tidak memenuhi energi listrik sebesar 51 MW.
"Pintu air itu berfungsi mengatur kebutuhan air di dalam tiga bulan tersebut," katanya.
Menurutnya, uji coba pintu air itu hanya untuk melihat kondisi debit air dari cuaca ekstrem di tahun 2020, debit air akan turun atau normal kembali ketika operasi pengerukan sungai Poso itu telah selesai.
Sementara itu Kadis Pertanian Poso mengatakan terdapat 16 desa di Kecamatan Pamona Barat, Pamona Selatan, Tenggara dan Pamona Puselemba terdampak dari uji coba pintu air tersebut.
"Namun yang terparah ada tiga desa yakni, Desa Tindoli, Tolambo dan Tokilo, Kecamatan Pamona Tenggara," katanya.
Dia mengatakan sesuai hasil laporan warga di tiga desa itu, ada 94 kerbau yang mati yang terdiri anakan dan induk akibat kehilangan sumber makanan dan sekitar ratusan hektare lahan sawah yang tidak bisa lagi digunakan akibat terendam air.
Selain itu, kerbau yang tidak lagi memiliki sumber makanan itu, mengakibatkan lahan tanaman dan perkebunan warga milik desa tetangga di masuki kerbau untuk mencari makanan. Akibatnya seluruh desa tetangga harus mendirikan pos pemantau kerbau.
Kepala Desa Tokilo, Hertian mengaku sebelum perusahaan pembangkit tersebut hadir, masyarakat di desanya telah menggantungkan harapan ekonomi mereka dari sawah dan ternak kerbau.
"Seusai data kami, kenaikan air berlangsung sejak Januari 2020 yang sampai saat ini air tersebut belum turun menggenangi lahan peternakan dan sawah," ujarnya.
Camat Pamona Tenggara, Yunirson Penyami juga mengakui dampak terendam air itu, telah berlangsung sejak Januari 2020.
Dia mengatakan berdasarkan pengalaman di wilayah tersebut khususnya desa yang terdampak, dalam kondisi curah hujan tinggi sering terjadi kenaikan air, namun hanya berlangsung beberapa hari, air kemudian surut kembali.
Tetapi hal yang terjadi saat ini, kata dia, air yang tergenang di lahan pengembalaan dan persawahan akibat curah hujan tinggi, tidak pernah surut sejak Januari hingga September 2020 ini.
"Dan juga persoalan kerbau yang masuk lahan desa tetangga yang terjadi saat ini, menjadi gangguan Kamtibmas," katanya.