Kolonodale (ANTARA) - Tidak banyak yang tahu bahwa jalan poros di pedalaman Wana, Kecamatan Mamosalato, Kabupaten Morowali Utara, khususnya dari Desa Lijo ke Menyoe, kini dalam keadaan rusak parah. Curah hujan yang cukup tinggi akhir Desember ini membuat ribuan warga di pegunungan itu semakin terisolasi.
Jarak antara desa Lijo dan Menyoe sebenarnya hanya 30,7 kilometer. Namun karena kondisi jalan sangat berat, sulit memprediksi berapa lama ruas jalan tanah itu bisa ditempuh.
Kondisi itu dirasakan langsung Dr. dr. Delis Julkarson Hehi MARS, bupati terpilih dalam Pilkada Morowali Utara 9 Desmeber 2020, yang bersama istri Ny. Febriyanti Hongkiriwang dan rombongan, melintasi jalan itu untuk merayakan Natal bersama masyarakat di pedalaman Wana.
Rombongan menggunakan empat mobil double cabin dan sejumlah sepeda motor trail yang dikendarai para relawan Delis-Djira. Iring-iringan kendaraan tersebut dikawal dua mobil khusus yang disiapkan untuk menarik kendaraan yang tertanam dalam lumpur. Satu mobil Toyota hardtop, dan satunya lagi jenis jonder. Ban mobil penarik tersebut dililit rantai besi agar bisa melalui medan yang licin.
Rencana Dokter Delis dan istrinya Febriyanthi Hongkiriwang untuk merayakan Natal di desa terpencil itu sudah disampaikan saat kampanye pilkada di tempat itu akhir November 2020. Itulah sebabnya meski kondisi jalan sangat berat, Dokter Delis dan rombongan tetap berusaha bagaimana caranya agar bisa tembus ke Menyoe.
Rombongan tiba di Menyoe hari Jumat (25/12/2020) sekitar pukul 17.00 WITA, setelah mengikuti ibadah Natal pada pagi hari di Desa Parangisi. Masyarakat setempat menyambut dengan riang gembira. Mereka menyambut dengan tarian cakalele layaknya menyambut pahlawan perang.
"Selamat datang pemimpin kami, kami bangga punya pemimpin yang peduli terhadap keberadaan kami di pedalaman terpencil," ujar seorang tokoh masyarakat pada acara penyambutan.
Dalam perjalanan pulang hari Sabtu siang, rombongan mengalami banyak hambatan karena badan jalan semakin parah akibat hujan deras mulai malam hingga siang itu. Meski begitu, Dokter Delis terus menyemangati anggota tim agar tetap bertahan dan semangat.
Rombongan bertolak dari Menyoe sekitar pukul 14.00 dan baru bisa tembus di Lijo pukul 02.00 dinihari atau perjalanan sekitar 12 jam. Jalan penuh kubangan dan licin. Penumpang termasuk ibu Febri terpaksa harus jalan kaki kalau mobil sudah tertanam dalam lumpur.
Sekitar pukul 8 malam semua rombongan yang sudah kelelahan terpaksa makan malam di tengah hutan beberapa kilometer dari dusun Ngoyo. Beruntung ada perbekalan yang disiapkan warga Menyoe. Mereka memang sudah memperkirakan rombongan akan mengalami banyak hambatan akibat kondisi jalan yang sangat parah.
Mobil jonder yang mengawal perjalanan mengalami kerusakan mesin di perjalanan sehingga bala bantuan tinggal mobil hardtop berwarna kuning.
"Kita adalah bagian dari pejuang kemanusiaan. Kehadiran kita di sini untuk melihat dan merasakan keadaan saudara-saudara kita di pedalaman Wana," ujar Dokter Delis, saat rombongan beristirahat sejenak di Desa Uepakatu, sebelum melanjutkan perjalanan ke Lijo.
Ia juga menegaskan kembali komitmennya untuk membantu mengatasi kesulitan masyarakat dengan cara membuka dan memperbaiki akses jalan di daerah Wana yang terdiri atas beberapa desa.
"Alangkah berdosanya kita, alangkah tidak manusiwinya kita, kalau kita tidak memperhatikan saudara-saudara kita yang hidup di pelosok Wana ini," tambahnya.
Saat tiba di Lijo semua anggota rombongan sudah dalam keadaan lemah.