FKPT Sulteng: Bom bunuh diri di Makassar nistakan kemanusiaan

id FKPT SULTENG,FKPT,Muhd Nur Sangaji,terorisme,radikalisme

FKPT Sulteng:  Bom bunuh diri di Makassar nistakan kemanusiaan

Ketua FKPT Provinsi Sulteng Dr Muhd Nur Sangaji (ujung kiri) dalam kegiatan Ngobrol Pintar Cara Orang Indonesia (Ngopi Coi) yang dilaksanakan oleh BNPT melalui FKPT Sulteng, di Palu. (ANTARA/Muhammad Hajiji)

Palu (ANTARA) - Ketua Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Tengah Muhd Nur Sangaji menyatakan peristiwa bom bunuh diri yang dilakukan oleh oknum tertentu di depan Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, merupakan tindakan menistakan kemanusiaan.

"Bom Bunuh diri di Katedral Makassar, merupakan peristiwa menistakan kemanusiaan yang memilukan," ucap Ketua FKPT Provinsi Sulteng Muhd Nur Sangaji di Palu, Minggu.

Akademisi Universitas Tadulako Palu ini mengatakan sesuai dengan ajaran Tuhan yang Maha Esa bahwa perilaku membunuh orang lain, tanpa alasan yang benar dan berdasar, sangat tidak dibenarkan.

"Pesan yang turun dari langit, barang siapa yang menghilangkan satu jiwa tanpa alasan yang benar, sama dengan nembunuh seluruh umat manusia,: katanya.

Aksi teror dengan cara bunuh diri itu, menurut dia, menunjukkan bahwa kelompok garis keras hingga saat ini masih eksis dan memberikan ancaman terhadap kerukunan, kebersamaan dan keberlangsungan hidup manusia serta ancaman kepada negara.

"Kejadian ini sekaligus menunjukkan bahwa aksi terorisme itu masih eksis. Dan mengancam kehidupan manusia di mana pun di bumi ini," sebutnya.

Motif yang dilakukan oleh kelompok tertentu itu bermacam macam, mulai dari alasan ideologi, politik, ekonomi, budaya, etnik hingga penyimpangan pemahaman keagamaan.

Ia berharap aparat keamanan dapat menganalisis dengan cepat berdasarkan fakta-fakta lapangan untuk menemukan motif dan pelaku yang sesungguhnya.

"Selanjutnya menjadi acuan untuk mengantisipasi hal serupa pada masa yang akan datang.

Ini peristiwa luar biasa atau extraordinary yang antikemanusiaan. Hal luar biasa ini tentu tidak salah dikutuk. Tapi tidak cukup dengan hanya mengutuk semata," kata dia.

Ia menyarankan harus ada langkah kolektif dari semua elemen bangsa, pemerintah, aparatur keamanan, dunia pendidikan, tokoh masyarakat dan tokoh agama, masyarakat dan orang tua.

Diharapkan, sinergitas dari semua elemen Ini menjadi daya tangkal preventive dan kuratif untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

"Bila semua orang tua menjaga keluarganya. Semua guru dan dosen membentengi murid dan mahasiswanya. Semua tokoh agama dan tokoh masyarakat membimbing umatnya. Pemerintah mengayomi rakyatnya. Hukum (punishman) dan penghargaan (reward) ditunjukan seimbang dan adil. Langkah menuju sejahtera, diupayakan sungguh sungguh. Maka terorisme, radikalisme dan faham kekerasan lainnya tidak akan peroleh tempat atau media untuk tumbuh," ujarnya.