China prihatin atas pembuangan air radioaktif Fukushima ke Samudra Pasifik

id Fukushima,reaktor nuklir Jepang,PLTN Fukushima, China prihatin Fukushima,Jepang buang radioaktif Fukushima

China prihatin atas pembuangan air radioaktif Fukushima ke Samudra Pasifik

Foto diambil tanggal 15 Maret 2021 memperlihatkan tempat penyimpanan tanah yang dibuang saat dekontaminasi dan lainnya di dekat area perumahan di Kota Naraha, Prefektur Fukushima. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi mengalami kerusakan parah akibat gempa bumi 9 SR dan tsunami yang terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011. Perintah evakuasi dikeluarkan di sekitar pembangkit listrik termasuk Kota Naraha. Pemerintah mencabut perintah tersebut pada bulan Juni 2015, namun, banyak wadah fleksibel berisi tanah yang dibuang masih berada di kota. REUTERS/The Yomiuri Shimbun/Yoko Miwa/rwa/cfo (Yoko Miwa / The Yomiuri Shimbun/Yoko Miwa)

China mendesak pihak Jepang agar bertanggung jawab dalam menangani masalah pembuangan limbah nuklir secara hati-hati

Beijing (ANTARA) - Pemerintah China menyatakan keprihatinannya melalui saluran diplomatik atas rencana Pemerintah Jepang membuang air yang terkontaminasi radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik.

"China mendesak pihak Jepang agar bertanggung jawab dalam menangani masalah pembuangan limbah nuklir secara hati-hati," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian di Beijing, Senin (12/4).

Dengan memperhatikan kecelakaan nuklir Fukushima sebagai salah satu kecelakaan yang paling serius di dunia, menurut Zhao, kebocoran radioaktif telah berdampak besar terhadap lingkungan, keamanan pangan, dan kesehatan manusia.

Ia menekankan pentingnya pembuangan limbah nuklir secara tepat, karena berkaitan dengan kepentingan masyarakat internasional dan kepentingan utama negara-negara tetangga.

"Hal ini seharusnya ditangani secara tepat dan hati-hati guna menghindari kerusakan lingkungan bahari, keamanan pangan, dan kesehatan manusia," ujarnya.

Menurut dia, dunia sangat perhatian terhadap rencana Jepang tersebut, sehingga menimbulkan pertentangan. Bahkan, pertentangan juga terjadi di dalam negeri Jepang sendiri.

"Pihak Jepang harus bertanggung jawab atas kepentingan masyarakat internasional dan kepentingan masyarakatnya sendiri," kata Zhao dalam pernyataan tertulisnya.