Palu (ANTARA) -
Dia memaparkan, puncak fenomena siklon tropis terjadi pada Minggu (18/4), dan wilayah-wilayah yang cenderung berada di bagian Utara Sulteng seperti wilayah pantai Barat Kabupaten Donggala, Tolitoli dan Buol termasuk pantai Timur Kabupaten Parigi Moutong atau berbatasan dengan Provinsi Gorontalo Sulawesi Utara.
Dijelaskannya, dampak tidak langsung fenomena tersebut, karena Sulteng di halangi Provinsi Gorontalo dan Sulawesi Utara, sebab badai tersebut datang dari arah Utara, justru yang patut di waspadai adalah wilayah Sulawesi Utara karena pusat badai siklon tropis berada di perairan Filipina.
BMKG memprediksi, cuaca buruk akibat dampak fenomena siklon mulai pukul 14.00 WITA dan seterusnya dengan siklus tumbuh kembang sekitar tujuh hari, yang mana badai tersebut tumbuh pada Jumat (16/4) dan salah satu dampak ditimbulkan seperti angin puting beliung yang menimpa wilayah pesisir Kabupaten Poso, pada Sabtu (17/4) mengakibatkan sejumlah rumah warga dan rumah ibadah rusak.
"Peristiwa yang terjadi di Poso adalah bagian dari fenomena siklon tropis, dan kebiasaan fenomena tersebut sebagai mana siklusnya, puncak siklon tropis terjadi pada hari ketiga, lalu dihari keempat hingga tujuh berangsur hilang," ucap Alim.
Dia menambahkan, BMKG belum bisa mendeteksi sejauh mana dampak terparah yang ditimbulkan badai tersebut, karena wilayah Sulteng hanya mendapat imbas dampak tidak langsung.